Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Amanatul Haq
Pasar Tiban
Lama, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
1 Sya’ban
1438.H / 28 April
2017.M
MENCINTAI
SESAMA MANUSIA
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ
أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا
وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ
كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.
jadilah
engkau orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.
dan
jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling
bersyukur.
3.
Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai
untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.
berbuat
baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.
dan
sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
SALING MENCINTAI KARENA ALLAH.
CINTA merupakan perasaan yang lahir dari naluri yang ada
dalam diri manusia. Kita tidak bisa menolak keberadaannya. Sebab perasaan cinta
dan naluri tersebut sesuatu yang sudah melekat pada kita. Sebagaimana halnya
Allah telah memberikan khasiat api yang mampu membakar, maka Allah juga telah
menyematkan khasiat pada manusia, salah satunya yakni mampu mencintai. Hanya
saja, yang perlu jadi pembahasan selanjutnya adalah mengenai apa alasan yang
seharusnya menjadi penyebab manusia memiliki perasaan cinta? Siapa saja yang
harus dicintai? Bagaimana seharusnya memperlakukan orang yang dicinta?
Tanpa adanya bimbingan wahyu, manusia akan mencintai apa
saja berdasarkan keinginan dan hawa nafsunya. Jika kita mencoba mengindra fakta
di sekelililng kita, banyak di antara mereka yang saling mencintai dikarenakan
faktor fisik, misalkan mencintai karena ketampanan atau kecantikannya. Ada juga
yang saling mencintai karena faktor materi seperti kekayaan atau ketenaran.
Selain itu, ada juga yang saling mencintai dikarenakan sedang memiliki
kepentingan yang sama, di mana kepentingan tersebut mampu melahirkan manfaat
bagi mereka.
Perasaan berdasarkan alasan seperti yang dicontohkan di
atas, merupakan perasaan cinta yang semu. Ketika perasaan tersebut muncul, maka
seseorang akan bingung bagaimana memperlakukan perasaan tersebut. Ia tidak
memiliki panduan untuk mengatur perasaannya, sehingga ia pun menciptakan aturan
sendiri dengan kebodohan dan keterbatasannya sebagai manusia. Tentu hal ini
hanya akan melahirkan keburukan dan kesengsaraan baginya.
Islam, sebagai agama yang sempurna ajarannya, telah mengatur
tentang perasaan cinta ini. Terkait alasan yang seharusnya jadi penyebab
seseorang saling mencintai, Allah SWT mewajibkan hamba-Nya agar saling
mencintai karena Allah. Arti cinta karena Allah adalah mencintai hamba Allah
karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya.
Rasulullah saw bersabda: Tidak beriman salah seorang dari
kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk
dirinya.
Imam as-Suhaymi dalam menafsiri hadits di atas mengatakan
bahwa iman seseorang tidak sempurna sehingga ia mencintai untuk setiap saudara,
meskipun kafir, tanpa mengistimewakan kecintaannya kepada seseorang melebihi
orang lain, apa yang dicintai untuk dirinya sendiri, seperti ketaatan dan
kesenangan-kesenangan dunia yang mubah. Artinya, hendaklah engkau berbuat apa
saja untuk seseorang seperti engkau menyukai seseorang berbuat apa saja
untukmu. Engkau memperlakukan ia dengan perlakuan yang engkau sukai agar ia
memperlakukan engkau. Engkau menasihati dia seperti engkau menasihati dirimu
sendiri. Engkau menghukum ia dengan hukum yang engkau sukai agar ia menghukum
engkau. Engkau tidak membalas perbuatannya yang menyakitimu. Engkau tidak
mengurangi kehormatannya. Jika engkau melihat ia melakukan kebaikan, hendaklah
kebaikannya engkau tampakkan. Namun jika engkau melihat ia melakukan hal jelek,
engkau tutupi.
Rasulullah saw bersabda: Para penyayang akan disayangi
oleh Dzat Yang Maha Penyayang. Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya
siapa saja yang ada di langit akan menyayangi kamu.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesunguhnya kelak di hari kiamat
Allah akan berfirman, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena
keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam
naungan-Ku disaat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku,”(HR. Muslim).
Dalam hadits lain, Rasullulah SAW bersabda,“Siapa pun tidak
akan merasakan manisnya iman, hingga ia mencintai seseorang hanya karena Allah
semata,” (HR. Bukhari).
Alasan tersebut sangat jelas menunjukkan pada kita siapa
saja yang layak untuk dicintai. Selain itu, perasaan yang berlandaskan
kecintaan kepada Allah bukanlah perasaan semu. Keberadannya sungguh memberi
keuntungan yang besar bagi manusia, salah satunya bahwa ia akan mendapat
naungan Allah di hari kiamat.
Ciri Seorang Muslim Tidak Mengganggu
Orang Lain
“ Abdullah bin Umar berkata, bahwa Nabi SAW, telah bersabda:
seorang muslim adalah orang yang menyebabkan orang-orang islam (yang lain)
selamat dari lisan dan tangannya dan orang yang hijrah adalah orang yang hijrah
dari apa yang telah dilarang Allah SWT.” ( H.R. Bukhari, Abu Dawud dan
Nassa’i)
Hadis diatas mengandung dua pokok bahasan, yakni tentang hakikat seorang
muslim, dalam membina hubungan dengan sesama muslim dalam kehidupan
sehari-hari, dan juga menjelaskan hakikat hijrah dalam pandangan islam.
Seorang muslim yang hakiki harus memiliki tingkah laku yang sesuai
dengan ketentuan islam. Tidaklah dikatakan sempurnah keislaman seseorang jika
ia hanya memperhatikan ibadah ritual yang berhubungan dengan Allah SWT, tetapi
melupakan atau meremehkan hubungannya dengan manusia. Dalam Al-quran
banyak ayat yang mengatur tentang hal ini sehingga tercipta keharmonisan hidup,
tidak terjadi pertentangan atau bentrokan antar sesama muslim.
Hadis diatas menyatakan bahwa seorang muslim adalah orang yang mampu
menjaga dirinya sehingga orang lain selamat dari kezoliman atau perbuatan
jelek tangan dan mulutnya. Dengan kata lain, ia harus berusaha agar
saudaranya sesama muslim tidak merasa disakiti.
Adapun menyakiti orang lain dengan ucapan atau lisannya, misalnya dengan
fitnah, cacian, umpatan, hinaan dan lain-lain. Perasaan sakit yang disebabkan
oleh ucapan lebih sulit dihilangkan dari pada sakit akibat pukulan fisik. Tidak
jarang terjadinya perpecahan, perkelahian, bahkan peperangan diberbagai daerah
akibat tidak dapat mengatur lisan sehingga menyebabkan orang lain sakit hati.
Salah satu pepatah arab menyatakan:
سَلاَ مَةُ
الْإِنْسَانِ فِى حِفْظِ الْلِّسَانِ
Artinya:
“ Keselamatan seseorang adalah dengan menjaga lisannya.”
Dengan demikian, seseorang harus berusaha untuk tidak menyakiti
saudaranya dengan cara apapun dan kapanpun. Oleh karena itu setiap muslim harus
berhati-hati dalam bertingkah laku. Jangan asal berbicara bila tidak ada
manfaatnya. Jangan berbuat sesuatu bila hanya menyebabkan penderitaan orang
lain. Karena segalah tindakan dan perbuatan akan dimintai pertanggung
jawabannya.
Disamping itu jika seseorang berbuat dosa kepada sesama manusia Allah
SWT, tidak akan mengampuni dosanya sebelum orang yang pernah disakitinya itu
memaafkannya.
Dalam hadis diatas juga diterangkan tentang hijrah, yaitu bahwa hijrah
yang sebenarnya bukanlah berpindah tempat sebagaimana banyak dipahami orang,
melainkan berpindah dari kejelekan menuju kebaikan.
Memang sangat berat bagi orang yang terbiasa melakukan sesuatu yang
dilarang agama atau terbiasa melakukan sesuatu yang telah diperintahkan
agama untuk mengubah perilakunya, padahal dia mengakui bahwa dirinya beriman.
Dalam hati kecilnya, ia mengakui bahwa perbuatan yang selama ini dilakukannya
adalah salah. Akan tetapi, kalau didasari niat yang betul, semuanya akan mudah.
Ia akan berpindah dari jalan yang dimurkahi Allah SWT menuju jalan yang
diridhoi-Nya.
Hijrah
juga dapat diartikan sebagai perjalanan panjang untuk meraih masa depan yang
lebih cerah. Untuk menempuh suatu perjalanan diperlukan bekal yang cukup. Bekal
tersebut dalam islam adalah akidah yang kuat. Orang yang kuat imannya tidak
akan mudah tergelincir pada perbuatan yang menyimpang perintahnya.
C. Realisasi Iman Dalam
Menghadapi Tamu
“ Abdu Hurairah r.a. ia berkata bahwa Rasulullah SAW, bersabda “
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus memuliakan
tamunya; barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dia harus
berbuat baik kepada tetangganya; dan barang siapa kepad Allah dan hari akhir,
ia harus berkata baik atau diam.
Dalam hadis diatas, ada tiga perkara yang didasarkan atas keimanan
kepada Allah dan hari akhir, yakni memuliakan tamu, memuliakan tetangga, dan
berbicara baik atau diam. Adapun alasan penyebutan dua keimanan, yakni iman
kepada Allah dan hari akhir karena iman kepada Allah merupakan permulaan dari
segala sesuatu dan ditangan-Nya lah segala kebaikan dan kejelekan sedangkan
hari akhir merupakan akhir kehidupan dunia, akhir kehidupan dunia, yang
didalamnya mencakup hari kebangkitan, mahsyar, hisab, dan syurga-neraka, dan
banyak sekali yang harus diimani pada har akhir tersebut.
Namun dengan demikian, tidak berarti bahwa orang yang tidak memuliakan
tamu dan tetangga, serta tidak berkata yang baik dianggap tidak beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya. Maksud iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud iman kepada
Allah dan hari akhir adalah sebagai penyempurna iman. Ketiga hal diatas sangat
penting dalam kehidupan sosial.
1.
Memuliakan Tamu
Maksud
memuliakan tamu dalam hadis diatas mencakup perseorangan maupun kelompok. Dalam
syari’at islam, batas memuliakan tamu adalah tiga hari tiga malam, sedangkan
selebihnya adalah sedekah.
Hal
itu didasarkan pada hadis Rasulullah SAW: “ Abu syuraih (khuwailid) bin Amru
Al-Khuza’ir r.a, berkata Saya telah mendengar
Rasulullah SAW. Bersabda, ‘ Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian,
ia harus menghormati tamunya pada bagian istimewaanya. Sahabat bertanya, “
Apakah yang dimaksud keistimewaanya itu? Jawab Nabi, horSahabat bertanya, “
Apakah yang dimaksud keistimewaanya itu? Jawab Nabi, hormat tamu itu sampai
tiga harmat tamu itu sampai tiga harmat tamu itu sampai tiga hari, sedangkan
selebihnya adalah shadaqah.” ( Mutafaq Alaih).
Diantara hal-hal yang harus diperhatikan dalam memuliakan tamu adalah
memberikan sambutan yang hangat. Hal ini akan lebih baik dari pada disambut
hidangan yang mahal-mahal, tetapi dengan muka masam dan kecut. Namun dalam
menjamu tamunya ini haruslah sesuai degan kemampuan.
Seandainya kedatangan tamu yang bermaksud meminta tolong tentang suatu
masalah atau kesulitan, sebagai orang musim kita harus membeinya bantuan
semampunya. Apabila tamunya tidak mengatakan suatu kebutuhan, tetapi kita
mengetahui bahwa tamu tersebut dalamkeadaan fakir, sdangkan kita mampu, berilah
bantuan apalagi kalau tamu tersebut masih kerabat.
Dan sebaliknya pihak tamupun harus mengerti ketentuan bertamu dalam
islam.
2.
Memuliakan Tetangga
Tetangga
adalah bagaikan saudara saja dibanding dengan saudara yang jauh tempatnya. Ada
kematian, kebakaran, sakit, dan bencana apapun, tetanggalah yang terlebih
dahulu mengetahui dan bisa menolong.
Maksud
tetangga disini adalah umum, baik yang dekat maupun yang jauh, muslim, kafir,
ahli ibadah, orang fasik, musuh dan lain-lain, yang bertempat tinggal
dilingkungan rumah kita. Namun demikian, dalam memuliakan mereka, terdapat
tingkatan-tingkatan antara satu tetangga dengan yang lainya. Seorang muslim dan
ahli ibadah yang dapat dipercaya dan dekat rumahnya lebih utama untuk dihormati
dari pada parkat rumahnya lebih utama untuk dihormati dari pada para tea
tetangga lainya. Berbuat baik kepada tetangga dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya memberikan pertolongan, memberikan pinjaman, menengoknya jika
sakit, melayat jika ada keluarganya yang meninggal, dan lain-lain.
Selain
itu, diharuskan pula menjaga mereka dari ancaman gangguan dan bahaya. Dalam
hadis yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Siti Aisyah
disebutkan, “ Malaikat jibril senantiasa memberi wasiat kepadaku ( untuk
menjaga) tetangga sehingga aku menyangka bahwa dia ( malaikat jibril) akan
mewarisinya ( tetangga).
Perintah untuk berbuat baik terhadap tetangga juga terdapat dalam
Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya:
“ Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu bapak, karib, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman-teman sejawat, ibn
sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”
( Q.S. An- Nisa: 36).
3.
Berbicara Baik atau Diam
Sesungguhnya
ucapan seseorang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan dirinya. Orang yang
selalu menggunakan lidahnya untuk berbicara baik, memerintah kepada kebaikan dan
melarang kepada kejelekan, membaca Al-Qur’an, membaca ilmu pengetahuan, dan
lain-lain, ia akan mendapatkan kebaikan dan dirinya pun terjaga dari kejelekan.
Sebaliknya orang yang apabila menggunakan lidahnya untuk berkata-kata jelek
atau menyakiti orang lain, ia akan mendapat dosa dan tidak mustahil orang lain
pun akan berbuat demikian kepadanya. Maka perintah Rasulullah untuk berkata
baik atau diam merupakan suatu pilihan yang akan mendatangkan kebaikan.
Memang
sangat sulit untuk mengatur lidahagar selalu berkata baik atau diam. Akan
tetapi, kalau berusaha untuk membiasakannya, tidaklah sulit apalagi kalau
sekedar diam. Bagaimanapun juga, lebih baik diam dari pada berbicara yang tiada
berguna dan tidak karuan“ Dari Anas. ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW,
“ Diam itu suatu kebijaksanaan, tetapi
sedikit orang yang berbuatnya.”
Orang yang tidak banyak bicara, kecuali hal-hal baik, lebih banyak
terhindar dari dosa dan kejelekan, dari pada orang yang banyak berbicara tanpa
membedakan hal yang pantas dibicarakan dan yang tidak pantas dibicarakan.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar