Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Jabal Ar Rahmah
Perumahan Tiban Ayu, Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
25 Jumadil Akhir 1438.H / 24 Maret 2017.M
QANAAH
JADI HAMBA YANG BERSYUKUR
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
فَيَا
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin
jama'ah jum'at rahimakumullah!
Rasulullah
shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ
أَشْكَرَ النَّاسِ وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا
وَأَحْسِنْ جِوَارَ مَنْ جَاوَرَكَ تَكُنْ مُسْلِمًا وَأَقِلَّ الضَّحِكَ فَإِنَّ
كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
Wahai Abu Hurairah ;
1.
jadilah
engkau orang yang wara’ maka engkau menjadi orang yang paling beribaddah
2.
dan
jadilah orang yang qanaah (menerima) maka engkau menjadi orang yang paling
bersyukur.
3.
Cintailah untuk manusia apa yang engkau cintai
untuk dirimu maka kamu menjadi mukmin,
4.
berbuat
baiklah kepada tetanggamu maka kamu menjadi muslim
5.
dan
sedikitkan tertawa, karena banyak tertawa itu mematikan hati.
QANA’AH
Menurut bahasa qanaah artinya
merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah
dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat
tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan
sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt
merupakan karunia yang tiada terhingga. Oleh karena itu, sebagai umat Islam
kita wajib bersyukur kepada-Nya.
Firman Allah
“Dan tidak ada sesuatu binatang
melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”(QS Hud
11 : 6 )
Ayat diatas menjelaskan bahwa
setiap rezeki yang kita peroleh adalah dari Allah Swt, Akan tetapi, tidak
berarti kita harus pasrah tanpa ada ikhtiar atau usaha, justru kita dituntut
untuk berusaha semaksimal mungkin demi meningkatkan kesejahteraan hidup.
Sifat qanaah tidak membuat
orang mudah putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt, baik
berupa ketakutan, kelaparan, bencana, maupun kekurangan harta benda. Akan
tetapi, mereka akan tetap bersabar menerima ujian tersebut dan tidak patah
semangat untuk menjalani kehidupannya kembali. Hal ini sebagaimana Firman Allah
Swt dalam Al qur`an surah Al Baqarah 2:155)
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah 2:155)
Orang yang memiliki sifat
qanaah merasa cukup dengan apa yang dia dapatkan meskipun sedikit. Dengan
demikian, hati kita bisa menjadi tenang dan jauh dari sifat ketamakan.
Sebagaimana hadist Nabi Muhammad saw, yang menjelaskan bahwa seseorang yang dapat
melaksanakan hidup dengan sifat qanaah, maka ia termasuk orang-orang yang
beruntung.
Sabda Nabi Muhammad SAW.“dari
Abdillah bin Umar r.a berkata Rosululloh SAW, “Sungguh beruntung orang yang
masuk Islam mendapat rizki secukupnya dan ia merasa cukup dengan apa yang telah
Allah berikan kepadanya.”(HR. Muslim)
Diantara beberapa contoh yang mencerminkan sifat
qanaah adalah sebagai berikut :
* Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang diberikan Allah Swt.* Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah Swt.
* Bekerja keras dan tetap optimis.
* Tidak berlebih-lebihan artinya membelanjakan harta sesuai kebutuhan.
Manfaat Qana’ah
Ketika dikatakan bahwa seorang
yang memiliki sifat qana’ah akan beruntung, tentulah ada buah atau manfaat yang
dapat dipetik dari sifat qana’ah yang akan mendorong kita untuk berakhlak
dengannya. Di antara manfaat tersebut adalah:
1. Memperkuat iman
Dengan sifat qana’ahhati
seorang hamba akan dipenuhi dengan keimanan, yakin kepada Allah serta ridla
atas apa yang telah Dia tentukan, atas apa yang telah Dia bagi. Meski dalam
ukuran kacamata manusia dia adalah seorang yang fakir, dia yakin bahwa Allah
telah menjamin dan membagi rezeki pada hamba sehingga tidak ada rasa khawatir
pada dirinya. Contoh akan hal ini banyak dipraktikkan oleh para salaf,
khususnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana dalam
beberapa hadits disebutkan akan sifat qana’ah beliau.
Di antaranya adalah ketika
‘Aisyah radliallahu ‘anha menuturkan bahwa beliau tidak pernah kenyang
karena memakan roti dan zaitun lebih dari sekali dalam sehari. Dan juga dalam
beberapa bulan, rumah-rumah rasulullah tidak pernah mengepulkan asap dan beliau
beserta istri hanya mengandalkan kurma dan air. Meski demikian, beliau
mencontohkan untuk tetap berlaku qana’ah, ridla atas rezeki yang diberikan
Allah.
2. Membantu untuk merealisasikan rasa syukur
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,“Jadilah seorang yang wara’, niscaya engkau
menjadi manusia yang paling baik dalam beribadah. Dan jadilah seorang yang
qana’ah, niscaya engkau menjadi manusia yang paling bersyukur” (Shahih.
HR. Ibnu Majah).
Seorang yang qana’ah terhadap
rezeki yang diterima niscaya akan bersyukur kepada Allah. Dia menganggap
dirinya sebagai orang yang kaya. Sebaliknya, jika tidak berlaku qana’ah, yang
ada adalah perasaan merasa kurang, menganggap sedikit pemberian Allah, sehingga
akan mengurangi keimanan atau bahkan mengundang murka Allah.
3. Memperoleh kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah)
Salah satu penafsiran terhadap
al-hayah ath-thayyibah (kehidupan yang baik) sebagaimana dalam firman
Allah di surat an-Nahl ayat 97 adalah sifat qana’ah. Penafsiran ini dikemukakan
oleh sahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhum (Tafsir ath-Thabari).
Dalam ayat tersebut terkandung dalil bahwa Allah akan memuliakan para hamba-Nya
yang beriman dengan memberikan hati yang tenang, kehidupan yang tenteram serta
jiwa yang ridla, yang semua itu menunjukkan akan keutamaan qana’ah. Tidak
diliputi kegelisahan karena merasa
kekurangan atas jatah rezeki yang ditetapkan, tidak pula dihinggapi berbagai
penyakit hati yang meresahkan jiwa sehingga terkadang mendorong seseorang
melakukan perbuatan yang buruk. Di awal sudah disebutkan, bahwa hati yang baik
akan melahirkan amalan lahiriah yang baik. Sebaliknya, hati yang buruk karena
dijangkiti penyakit akan melahirkan perilaku yang buruk.
4. Menjaga dari perbuatan dosa
Ahli hikmah mengatakan,
“Saya menjumpai bahwa orang yang paling banyak berduka adalah mereka
yang ditimpa penyakit dengki. Dan yang paling tenang kehidupannya adalah mereka
yang dianugerahi sifat qana’ah” (Ihya ‘Uluum ad-Diin).
Qana’ah akan membentengi
pemiliknya dari berbagai sifat yang tercela dan perbuatan dosa. Salah satu
sifat tercela yang kontra dengan sifat qana’ah adalah hasad atau dengki. Tidak
jarang dikarenakan kedengkian seseorang melakukan berbagai perbuatan dosa, baik
itu menggunjing (ghibah), mengadu domba (namimah), berdusta
atau bahkan berbuat khianat dan tidak amanah dalam urusan harta, seperti
korupsi misalnya. Kontra dengan seorang yang qana’ah, dengan sifat qana’ah yang
dia miliki seorang hamba akan menempuh cara yang halal dalam mencari rezeki,
bukan menerjang yang haram.
Semua perbuatan tercela di
atas dilakukan karena motivasi duniawi, menginginkan harta yang lebih, merasa
kurang atas rezeki yang diperoleh. Jika seorang berlaku qana’ah pastilah dia
akan terhindar dari berbagai bentuk dosa besar tersebut, hatinya tidak akan
terasuki rasa dengki terhadap rezeki yang Allah tetapkan kepada saudaranya,
karena dia sendiri telah ridla terhadap apa yang dia miliki.
Beberapa hadits nabi menjelaskan
bahwa kekayaan hakiki itu letaknya di hati, yaitu sifat qana’ah atas rezeki
yang telah diberikan Allah, bukan terletak pada kuantitas harta.
Tolok ukur kaya dan miskin itu
terletak di hati. Siapa yang kaya hati, tentu akan hidup dengan nyaman, penuh
kebahagiaan dan dihiasi dengan keridlaan, meski di kehidupan nyata dia tidak
mampu memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Sedangkan seorang yang miskin
hati, meski memiliki segala apa yang ada di bumi kecuali uang seratus perak,
niscaya akan tetap memandang bahwa kekayaannya terletak pada seratus perak
tersebut. Dirinya tidak akan merasa cukup, kecuali dia telah memiliki uang itu.
Demikianlah, qana’ah pada hakikatnya adalah kaya hati, kenyang dengan apa yang
ada di tangan, tidak tamak, tidak pula cemburu dengan harta orang lain, tidak
juga meminta lebih terus menerus, karena jika terus terusan meminta lebih, itu
berarti masih miskin.
6. Memperoleh kemuliaan
Mulia, seorang yang qana’ah
tidak akan menyusahkan orang lain dengan berharap mereka memenuhi kebutuhannya.
Mulia karena seorang yang qana’ah tidak akan mudah untuk meminta-minta kepada
manusia. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Kehormatan seorang mukmin terletak
pada shalat malam dan kemuliaannya terletak pada ketidakbergantungannya pada
manusia” (Shahih al-Isnad. HR. al-Hakim).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar