Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Nurul
Yakin
Jorong Cubadak
Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 9 Januari 2015.M / 18 Rabiul Awal 1436.H
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ
وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله
عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin Sidang
Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kembali kita menyampaikan puji
syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada
kita sehingga dengan rahmat itu kita masih dapat menikmati kehidupan ini dengan
baik, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi
dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya
di dunia hingga akherat.
Marilah
kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya
taqwa melalui pembuktikan amal shaleh sehari-hari yang dipraktekkan secara umum
ataupun ritual karena memang kewajiban manusia di dunia ini hanya semata-mata
untuk mengabdi kepada-Nya.
Hadirin Sidang
Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Banyak peristiwa yang akan dialami manusia kelak
ketika berada di akherat untuk mempertanggungjawabkan amanah kehidupan yang
diberikan kepadanya, karena demikian padatnya agenda yang dilalui oleh
masing-masing pribadi sehingga satu sama lain tidak ada saling memperhatikan,
ayah lupa dengan anaknya dan sebaliknya, isteri tidak mengingat suaminya dan
sebaliknya, teman lupa dengan teman lainnya, semuanya sibuk hanya untuk
mengurus dirinya saja.
Manusia setapak demi setapak menjalani tahap kehidupan-nya dari alam
kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus
dijalani sampai akhirnya nanti kita akan menemui alam akhirat tempat kita
memperhitungkan amalan-amalan yang telah kita lakukan di dunia. Maka tatkala
kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang memberitakan
tentang ahwal (keadaan) hari Akhir, hendaklah hati kita menjadi takut,
menangislah mata kita, dan menjadi dekatlah hati kita kepada Allah.
Akan tetapi bagi orang yang
tidak memiliki rasa takut kepada Allah tatkala disebut kata Neraka, adzab, ash-shirat
dan lain sebagainya seakan terasa ringan diucapkan oleh lisan-lisan mereka
tanpa makna sama sekali. Na-uzu billahi min dzalik. Mari kita perhatikan firman
Allah dalam surat Al-Haqqah ayat 25-29.
“Adapun orang-orang yang
diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya maka dia berkata; “Wahai
alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini) dan aku tidak
mengetahui apakah hisab (perhitungan amal) terhadap diriku. Duhai seandainya
kematian itu adalah kematian total (tidak usah hidup kembali). Hartaku juga
sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku, kekuasaanku pun telah lenyap
dari-padaku”.(Al-Haqqah 69; 25-29)
Dalam
ayat ini Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya juz IV hal 501, menerangkan
bahwa ayat tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang sengsara. Yaitu
manakala diberi catatan amalnya di padang pengadilan Allah dari arah tangan
kirinya, ketika itulah dia benar-benar menyesal, dia mengatakan penuh
penyesalan: ‘Andai kata saya tidak usah diberi catatan amal ini dan tidak usah
tahu apakah hisab (perhitungan) terhadap saya (tentu itu lebih baik bagi
saya) dan andaikata saya mati terus dan tidak usah hidup kembali.
Coba perhatikan ayat
selanjutnya:
“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya,
kemudian masukkanlah dia ke dalam api Neraka yang menyala-nyala kemudian
belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta” (Al-Haqqah 69; 30-32).
Bagi
kaum beriman yang mengetahui makna yang terkandung dalam ayat tersebut, menjadi
tergetarlah hatinya, akan menetes air mata mereka, terisaklah tangis mereka dan
keluarlah keringat dingin di tubuh mereka, seakan mereka saat itu sedang
merasakan peristiwa yang sangat dahsyat. Maka tumbuhlah rasa takut yang amat
mendalam kepada Allah kemudian berlindung kepada Allah agar tidak menjadi
orang-orang yang celaka seperti ayat di atas.
Sesungguhnya manusia akan dibangkitkan pada hari Kiamat dan akan dikumpulkan
menjadi satu untuk mempertanggungjawab-kan diri mereka. Allah berfirman:
“Dan
dengarkanlah pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat, yaitu
pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya, itulah hari keluar
(dari kubur)” (Qaf: 41-42).
Juga Allah
berfirman dalam surat Al-Muthaffifin: 4-6.
“Tidakkah orang itu
yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada hari yang besar,
(yaitu) hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam”.
Dan manusia dibangkitkan dalam keadaan حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً(mereka tidak beralas kaki, telanjang
dan tidak berkhitan), sebagaimana firman Allah:
“Sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah kami akan
mengulangnya (mengembalikannya)” (Al-Anbiya:104).
Manusia akan dikembalikan secara sempurna tanpa
dikurangi sedikitpun, dikembalikan dalam keadaan demikian bercampur dan berkumpul antara laki-laki dan perempuan. Dan tatkala Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah Radhiallaahu
anha maka berkatalah ia: “Wahai Rasulullah antara laki-laki dan perempuan
sebagian mereka melihat kepada sebagian yang lain?”, kemudian Rasulullah
berkata: “Perkara pada hari itu lebih keras dari pada sekedar sebagian
mereka melihat kepada sebagian lainnya.” (Hadits shahih riwayat
Al-Bukhari dan Muslih dari hadits ‘Aisyah Radhiallaahu anha ).
Pada hari itu laki-laki tidak akan tertarik kepada
wanita dan sebaliknya, sampai seseorang itu lari dari bapak, ibu dan anak-anak
mereka karena takut terhadap keputusan Allah pada hari itu. Sebagaimana firman
Allah:
“Pada hari ketika manusia lari dari
saudara-saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istrinya dan
anak-anaknya.Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
sangat menyibukkan”.(Q.S. Abasa: 34-37).
Demikianlah peristiwa yang amat menakutkan yang akan terjadi di akhirat nanti,
mudah-mudahan menjadikan kita semakin takut kepada Allah. Pada hari Akhir
nanti matahari akan didekatkan di atas kepala-kepala sehingga bercucuran
keringat mereka sehingga sebagian mereka akan tenggelam oleh keringat-keringat
mereka sendiri, akan tetapi hal itu tergantung dari apa yang telah mereka
perbuat di dunia.
Imam Muslim meriwayatkan dalam hadits
yang shahih dari hadits Al-Miqdad bin
Al-Aswad Radhiallaahu anhu , berkata: Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
bersabda:
“Matahari akan didekatkan
pada hari Kiamat kepada para makhluk sampai-sampai jarak matahari di atas
kepala mereka hanya satu mil, maka manusia mengeluarkan keringat tergantung
amalan-amalan mereka.Di antara mereka ada yang mengeluarkan keringat sampai
mata kakinya dan ada yang sampai lututnya, ada juga yang sampai pinggangnya dan
ada yang ditenggelamkan oleh keringat mereka.” Dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memberi isyarat dengan
tangannya ke mulutnya.
Dan seandainya ada yang bertanya
“bagaimana itu bisa terjadi sedangkan mereka berada pada tempat yang satu?”
Maka Syaikh Al-Utsaimin Rahimahullaah menjawab pertanyaan tersebut sebagai
berikut: “Ada sebuah kaidah yang hendaknya kita berpegang kepada kaidah itu,
yaitu bahwa perkara ghaib, wajib bagi kita untuk mengimaninya dan
membenarkannya tanpa menanyakan bagaimananya, karena perkara tersebut berada
diluar jangkauan akal-akal kita, kita tidak mampu mengetahui dan menggambarkannya.[Disarikan dari Khutbah
Jum’at, Peristiwa Hari Akhir,Abu Adam Al-Khoyyat (Hartono)www.alsofwah.or.id/khutbah]
بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar