Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Nurul
Yakin
Jorong Cubadak
Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 07
Nofember 2014.M / 14 Muharam 1434.H
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ
صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin
Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kembali kita
menyampaikan puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya kepada kita sehingga dengan rahmat itu kita masih dapat menikmati
kehidupan ini dengan baik, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat
manusia agar selamat hidupnya di dunia
hingga akherat.
Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah
Swt dengan sebenar-benarnya taqwa melalui pembuktikan amal shaleh sehari-hari
yang dipraktekkan secara umum ataupun ritual karena memang kewajiban manusia di
dunia ini hanya semata-mata untuk mengabdi kepada-Nya.
Hadirin
Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Kita meyakini bahwa kehidupan yang akan
dilalui manusia kelak setelah terjadinya kiamat adalah alam akherat yang
sebelumnya manusia hidup disuatu tempat namanya alam ruh, ketika berada dalam
rahim seorang itu maka ruh tadi ditiupkan Allah sebagai cikal bakal manusia
baru, selama lebih kurang enam puluh tahun manusia tadi hidup di dunia dengan
suka dan dukanya, puncak dari semua itu adalah alam akherat yang menentukan
nasib manusia selama-lamanya, abadi dan kekal didalamnya, apakah di syurga atau
dalam neraka.
Perbedaan nilai kehidupan dunia
dan akherat digambarkan oleh Allah dengan perbandingan yang sangat jauh,
akherat adalah kehidupan yang kekal abadi sedangkan dunia adalah kehidupan yang
sementara dan sebentar, itu saja sudah menunjukkan perbedaan, apalagi kenikmatan
dunia dibandingkan kenikmatan akherat tentu jauh berbeda, sebagaimana firman
Allah dalam beberapa ayat ini;
"Dan
apa saja yang diberikan kepada kamu, Maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi
dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih
kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?[ Al Qashash 28;60]
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. setiap mereka diberi rezki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu." mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang Suci dan mereka kekal di dalamnya"[Al Baqarah 2;25].
Dua alam ciptaan
Allah, alam dunia dan alam akhirat, mutlak berbeda dalam karakteristik dan
esensi wujudnya.Walaupun begitu setiap manusia pasti memasuki dan bergumul di
dalamnya.Tak seorang pun dapat menghindar dari keberadaan di dalam alam dunia
dan alam akhirat.
Oleh karena
kedua alam, baik secara realitas sejatinya ataupun karakteristiknya berbeda, setiap
manusia diberikan potensi untuk dapat menyempurnakan eksistensi dirinya di
dalam kedua alam tersebut sehingga dapat meraih puncak kesempurnaannya.
Meskipun pada kenyataannya sebagian besar manusia justru mengalami kegagalan
sebelummerealisasikan
kesempurnaannya secara utuh..
Alam dunia,
dengan segala watak dan karakteristiknya, adalah sebuah perjalanan sedangkan
alam akhirat adalah persinggahan terakhir kita, kampung halaman, dan rumah kita
yang abadi.
Oleh karena itu
meskipun kita dilahirkan di dunia, dan dunia menjadi tempat tinggal kita
sekarang ini, namun realitas sejatinya, setidak-tidaknya secara spiritual,
sedang berjalan jauh menuju tempat kembali hakiki kita, alam keabadian, alam
akhirat. Di sanalah kita akan dihadapkan kepada berbagai peristiwa eskatologis
yang belum pernah kita jumpai selama hayat kita.
Di tempat kembali
itu masing-masing individu benar-benar akan merasakan sebagai makhluk moral
yang harus mempertanggungjawabkan seluruh sepak terjang kita selama di dunia.
Di sana pula akan
terbukti jati diri kita yang sebenarnya, menjadi individu yang sejatinya
terhormat mencapai kebaikan tertinggi atau bahkan menjadi hina dina terjerembab
ke dalam lumpur keburukan.
Allah Swt telah
menunjuki manusia jalan agar dapat mencapai tempatnya yang layak dalam
penciptaan, di surga-Nya.Sebagai manusia bahkan kita diperintahkan agar
menempuh jalan-Nya meskipun harus berjalan mendaki lagi sukar.
Tidak
sepatutnya di dunia yang fana ini menjadi tumpuan hidup. Tidak sepatutnya pula
kita bermegah-megah karena tunduk kepada pesonanya dan tidak menjadikannya
sebagai medan perjuangan untuk menghimpun aset untuk kembali ke rumah asalnya.
”Maka
tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi
sukar?” (QS, al-Balad [90]: 11).
Hadirin
Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Bukan harta yang
akan menjadi aset kehidupan akhirat kita. Bisa jadi harta menjadi simbol
kemuliaan dunia.Akan tetapi di balik simbol itu ada nilai tanggungjawab moral
yang harus ditunaikan.
Dalam satu riwayat dikatakan,
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Kemuliaan umur dan waktu lebih bernilai
dibandingkan dengan kemuliaan harta.”Bahkan harta bisa memperbudak orang yang
mencintainya. Orang yang menjadikan kekayaan harta benda sebagai standar
keagungan seseorang akan membenci kematian.
Padahal
kematian itu adalah pintu pertemuan dengan Allah Swt yang pasti akan diketuk
oleh setiap manusia. Bahkan karena cintanya kepada harta ia tidak rela berpisah
darinya.
Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.Maka tidakkah
kamu memahaminya? (QS. Al-An’aam [6] : 32)
Dengan
ayat di atas Allah menyatakan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sendau
gurau dan permainan.Jika demikian, tentu menjadi sebuah kesalahan apabila kita
selalu mengkonsentrasikan diri dalam dunia ini, menguras fikiran dan gagasan
hanya untuk pengetahuan yang bersifat sementara ini. Sungguh menyedihkan, jika
kita mengaku sebagai muslim hanya memahami akhirat sebatas kehidupan lanjutan
setelah kematian, lalu di sana terdapat surga untuk orang-orang yang baik dan
orang-orang durhaka akan dimasukkan ke dalam neraka.
Padahal kematian
adalah pasti, akhirat selalu menanti. Bukankah sebuah kebodohan jika kita tidak
mengerti dengan detail akan ilmu tentang sebuah kampung setiap saat menanti
itu? Di sana ada kegelapan barzakh, di sana ma’syar, di sana sirath,
di sana ada tak terhitung nikmat, di sana ada tak terbayangkan kengerian
dahsyatnya siksa yang menanti. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah menatapnya.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah
Subhanahu Wa Ta’ala
Bukhari dan
Muslim meriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas,"Terjadi gerhana matahari
pada zaman Rasulullah SAW, para sahabat berkata, 'Ya Rasulullah, kami melihat
engkau memetik sesuatu, kemudian kami melihat engkau berbalik.'Rasulullah
berkata 'Aku melihat surga dan mencoba memetik setangkai buahnya. Seandainya
aku berhasil memetiknya, engkau pasti akan memakannya sampai akhir zaman. Dan
aku melihat api neraka. Aku tidak pernah melihat sesuatu yang begitu mengerikan
dan menakutkan'."
Mengetahui berita
tentang akhirat, tentu bukan untuk berlomba-lomba menumpuk ilmu di dalam kepala
semata.Melainkan agar benar-benar menghadirkan nuansa kenikmatan syurga
kemudian memotivasi diri bahwa Allah benar-benar telah menyiapkan tempat mulia
itu bagi hamba-hambaNya yang setia. Dan juga untuk menghadirkan rasa kengerian
akan api neraka, sehingga kita bersama-sama berusaha menjauhkan diri darinya.
Jadi sangat
berbeda dengan berita-berita duniawi yang setiap hari kita nikmati, yang kini
cenderung mendidik menjadi masyarakat yang kritis, namun satu sisi
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat hidup di dunia hanya menjadi janji
manis, apalagi untuk kesejahteraan kehidupan di kampung keabadian kelak,
mungkin hampir tak terpikirkan.
بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُمْ
1.
Al Qur’an dan Terjemahannya, Depag
RI
2.
Ustadz Abu Ridha, Antara Nafsu
Dunia dan Kemuliaan Akhirat, Eramuslim, Rabu, 30/06/2010 13:40 WIB
3.
Mukhlis Denros, Kumpulan Ceramah
Praktis, 2009
4.
Panggih Waluyo,Apa Kabar Akhirat?, Republika
OnlineJumat, 06/05/2011 13:20 WIB