Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Ishlah
Jorong Kapuah
Nagari Sumani
Kecamatan X Singkarak
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 2
Mai 2014.M / 2 Rajab 1435.H
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ
إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّار
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّار
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ،
وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ،:
“Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat”[An Nahl 16;112].
Ma’assyirol muslimin,
rahimakumullah
Pertama-tama marilah kita
panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala yang telah
menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang beriman, yang telah menunjuki kita
shiratal mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditempuh
orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, dari kalangan para nabi,
shiddiqin, syuhada’ dan shalihin.
Saya
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya, semoga shalawat dan salam selalu
terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang
yang mengikuti petunjuk beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Selanjutnya
dari atas mimbar ini, perkenankanlah saya menyampaikan wasiat kepada
saudara-saudara sekalian dan kepada diri saya sendiri, marilah kita tingkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala selama sisa umur yang Allah
karuniakan kepada kita, dengan berusaha semaksimal mungkin menjauhi
larangan-laranganNya dan melaksanakan perintah-perintahNya dalam seluruh
aktivitas dan sisi kehidupan.
Sungguh kita semua kelak akan
menghadap Allah sendiri-sendiri untuk mempertang-gungjawabkan seluruh aktivitas
yang kita lakukan. Pada hari itu, hari yang tidak diragukan lagi kedatangannya,
yaitu hari kiamat, tidak akan bermanfaat harta benda yang dikumpul-kumpulkan
dan anak yang dibangga-banggakan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan
hati yang salim, hati yang betul-betul bersih dari syirik sebagaimana firmanNya
dalam Surat Asy-Syu’aro ayat 88-89:
(Yaitu) di hari harta dan anak laki-laki
tidak berguna, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih. (Asy-Syu’ara’: 88-89)
Dalam kesempatan khutbah Jum’at
kali ini khatib akan membahas tentang hubungan antara dosa dan bencana yang
menimpa umat manusia sebagaimana yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”
Allah
juga berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 112:
“Dan Allah telah membuat suatu
perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizkinya
datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian
kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”
Seorang
ulama’ yang bernama Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberi ulasan terhadap
kedua ayat tersebut dengan mengatakan: “Ayat-ayat yang mulia ini memberi
pengertian kepada kita bahwa Allah itu Maha Adil dan Maha Bijaksana, Ia tidak
akan menurunkan bala’ dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan
maksiat dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah” (Jalan
Golongan Yang Selamat, 1998:149)
Kebanyakan
orang memandang berbagai macam musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika
berpikir yang bersifat rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi. Misalnya
terjadinya becana alam berupa letusan gunung berapi, banjir, gempa bumi,
kekeringan, kelaparan dan lain-lain, dianggap sebagai fenomena kejadian alam
yang bisa dijelaskan secara rasional sebab-sebabnya. Demikian dengan krisis
yang berkepanjangan, yang menimbulkan berbagai macam dampak negatif dalam
kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat tidak merasakan kehidupan aman,
tenteram dan sejahtera, hanya dilihat dari sudut pandang logika rasional
manusia. Sehingga, solusi-solusi yang diberikan tidak mengarah pada
penghilangan sebab-sebab utama yang bersifat transendental yaitu kemaksiatan
umat manusia kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala Sang Pencipta Jagat Raya, yang
ditanganNyalah seluruh kebaikan dan kepadaNya lah dikembalikan segala urusan.
Bila
umat manusia masih terus menerus menentang perintah-perintah Allah, melanggar
larangan-laranganNya, maka bencana demi bencana, serta krisis demi krisis akan
datang silih berganti sehingga mereka betul-betul bertaubat kepada Allah.
Ikhwani
fid-din rahimakumullah
Marilah
kita lihat keadaan di sekitar kita. Berbagai macam praktek kemaksiatan terjadi
secara terbuka dan merata di tengah-tengah masyarakat. Perjudian marak
dimana-mana, prostitusi demikian juga, narkoba merajalela, pergaulan bebas
semakin menjadi-jadi, minuman keras menjadi pemandangan sehari-hari, korupsi
dan manipulasi telah menjadi tradisi serta pembunuhan tanpa alasan yang benar
telah menjadi berita setiap hari.
Pertanyaannya sekarang, mengapa
segala kemungkaran ini bisa merajalela di tengah-tengah masyarakat yang
mayoritas muslim ini? Jawabannya adalah tidak ditegakkannya kewajiban yang
agung dari Allah Subhannahu wa Ta'ala yaitu amar ma’ruf nahi mungkar, secara
serius baik oleh individu maupun pemerintah sebagai institusi yang paling
bertanggung jawab dan paling mampu untuk memberantas segala macam kemungkaran
secara efektif dan efisien. Karena pemerintah memiliki kekuatan dan otoritas
untuk melakukan, meskipun kewajiban mengingkari kemungkaran itu merupakan
kewajiban setiap individu muslim sebagaimana sabda Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.
“Barangsiapa di antara kalian
melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan tangannya, bila tidak mampu
ubahlah dengan lisannya, bila tidak mampu ubahlah dengan hatinya, dan itulah
selemah-lemahnya iman” (Hadits shahih riwayat Muslim)
Namun
harus diketahui bahwa memberantas kemungkaran yang sudah merajalela tidak hanya
dilakukan oleh individu-individu, karena kurang efektif dan kadang-kadang
beresiko tinggi. Sehingga kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar itu bisa dilakukan
secara sempurna dan efektif oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Usman bin Affan Radhiallaahu anhu , khalifah umat Islam yang ketiga: “Sesungguhnya Allah mencegah dengan sulthan
(kekuasaan) apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Qur’an”
Disamping
itu amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu tugas utama sebuah
pemerintahan, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat
adalah kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa
negara. Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar,
menolong orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti
jihad, menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana.
Semua ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As
Siyasah Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
Apabila kewajiban amar ma’ruf
nahi mungkar itu tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka sebagai
akibatnya Allah akan menimpakan adzab secara merata baik kepada orang-orang
yang melakukan kemungkaran ataupun tidak. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam, dalam sebuah haditst Hasan riwayat Tarmidzi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ
لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ
لَيُوْشَكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ
فَلاَ يُسْتَجَابَ لَكُمْ.
6“Demi Allah yang diriku berada di
tanganNya! Hendaklah kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari
yang mungkar atau Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, lalu kalian
berdo’a namun tidak dikabulkan”.
Demikian
pula Allah menegaskan di dalam QS. Al-Maidah ayat: 78-79, bahwa salah satu
sebab dilaknatnya suatu bangsa adalah bila bangsa tersebut meninggalkan
kewajiban saling melarang perbuatan mungkar yang muncul di kalangan mereka.
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani
Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan
mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak melarang
perbuatan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
mereka perbuat”
Yang
dimaksud laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Dengan demikian supaya bangsa ini bisa keluar dan terhindar dari berbagai
krisis dalam kehidupan di segala bidang dan selamat dari beragam musibah dan
bencana, hendaklah seluruh kaum muslimin dan para pemimpin atau penguasa
mereka, bertaubat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan memerintahkan kepada
yang ma’ruf dan melarang perbuatan-perbuatan mungkar sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas masing-masing, mentaati Allah Ta’ala dan menjauhi seluruh
larangan-larangan dalam seluruh aspek kehidupan.
Dari
Khutbah ini dapat disimpulkan yaitu;
Yang pertama, kemaksiatan manusia kepada Allah
Rabbul ‘Alamin merupakan penyebab utama terjadinya berbagai musibah yang
menimpa umat manusia baik itu berupa bencana alam maupun krisis di berbagai
bidang kehidupan.
Yang
kedua, satu-satunya jalan untuk terhindar dari segala musibah tersebut dan
dapat menikmati kehidupan yang aman, tenteram, damai dan sejahtera adalah
dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan RasulNya Muhammad Shalallaahu
alaihi wasalam dalam seluruh aspek kehidupan yang ada dengan penuh ketundukkan,
kecintaan dan keikhlasan.
Yang
ketiga, bahwa segala do’a dan istighatsah yang dilakukan umat Islam supaya bisa
keluar dari segala macam musibah tidak akan dikabulkan oleh Allah kecuali bila
kaum muslimin secara sungguh-sungguh memerintahkan kepada yang ma’ruf dan
memberantas segala yang mungkar.
[Sumber: Muhammad Mukhlis, Hubungan Antara Dosa Dan Bencana,
www,alsofwah.or.id.]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar