Kamis, 13 Februari 2014

111. Yang Membatalkan Ibadah Seorang Muslim




Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Babus Salam
Jorong Pianggu Nagari Pianggu
Kecamatan  IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat
Tanggal 14 Februari 2014.M / 14 Rabiul Akhir 1435.H





إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Selayaknya kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita sehingga kalau kita hitung-hitung nikmat tersebut sungguh tidak terkira jumlahnya, bila nikmat itu kita syukuri maka akan ditambah-tambah oleh Allah dengan nikmat yang lain dan sebaliknya bila diingkari maka azab Allah akan diberikan, dari sekian nikmat-Nya adalah nikmat iman dan islam sehingga kita masih merasakan bagaimana indahnya hidup dalam dekapan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas nikmat tersebut.

Shalawat dan salam kita sampaikan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah menuntun ummatnya ke jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang dahulu yang diberi nikmat oleh Allah bukan jalan orang-orang yang dimurkai apalagi jalan orang yang sesat, dengan banyak membaca shalawat semoga kita mendapat syafaatnya kelak dengan izin Allah, kemudian marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah yang diaplikasikan melalui amal ibadah sehari-hari sebagai bekal menuju akherat.

Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Kita semua pasti mengetahui apa saja yang dapat membatalkan wudhu, yang membatalkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya, dari segi hukum fikih pelaksanaan. Akan tetapi barangkali sedikit di antara kita yang mengetahui apa saja yang dapat membatalkan amal ibadah seorang Muslim secara umum.

Membatalkan yang kita maksud adalah gugurnya atau terhapusnya pahala amal, sebagian atau keseluruhan, atau amal ibadah dan segala kebajikan itu sendiri tidak ada gunanya sama sekali, karena pemiliknya telah dihukumi keluar dari Islam oleh Allah.

Membatalkan, yang dalam bahasa Arab adalah
أَبْطَلَ, sering diungkapkan dengan kata أَحْبَطَ yang bermakna, menggugurkan atau menghapus.
Ibnul Atsir di dalam An-Nihayah Fi Gharib al-Hadits mengatakan, "أَحْبَطَ اللّهُ عَمَلَهُ" (Allah menggugurkan amalnya), maknanya adalah, أَبْطَلَهُ (Allah membatalkannya).
Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab lebih jelas menerangkan hakikat makna ini dengan mengatakan, "Kata kerja
حَبَطَ (gugur), bentuk ketiganya adalah حَبْطٌ dan bisa juga حُبُوْطٌ maknanya adalah, seseorang mengerjakan suatu amal lalu dia merusaknya sendiri." 

Ini mengisyaratkan bahwa ada hal-hal tertentu yang apabila dilakukan oleh seorang Muslim, maka amal ibadahnya bisa menjadi sia-sia dan gugur tak berguna, tidak diterima Allah dan tidak mendapatkan pahala. Dengan menyadari ini, setiap Muslim wajib untuk mengetahui apa saja yang dapat merusak amal ibadahnya; tidak untuk melakukannya, akan tetapi demi menjauhi dan senantiasa berhati-hati terhadapnya. Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim terdapat Riwayat dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu, di mana beliau berkata,

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللهِ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِيْ
.
"Para sahabat bertanya kepada Rasulullah  tentang kebaikan, se-dangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan; karena saya takut akan mendapatinya." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Artinya, sebagaimana seorang Muslim wajib mengetahui tauhid, dia juga wajib mengetahui syirik; tidak untuk melakukan syirik, tetapi demi membersihkan tauhidnya dari syirik tersebut dan demi senantiasa membentengi dirinya secara sangat kokoh.
Demikian juga, sebagaimana setiap Muslim wajib melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok yang telah Allah tetapkan atas setiap Muslim, dia juga wajib menghindari apa saja yang dapat menggugurkan amal-amal wajib tersebut. Dan begitu seterusnya.

Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Hal-hal yang membatalkan amal ibadah (Muhbithat al-A'mal) ada dua kategori:

Pertama, yang membatalkan dan menggugurkan amal ibadah secara keseluruhan (atau Al-Muhbithat al-Kubra), dan kedua, yang membatalkan pahala amal yang bersangkutan saja (atau Al-Muhbithat ash-Shughra).
Berikut ini adalah apa saja yang membatalkan amal ibadah seorang Muslim secara keseluruhan, yang wajib kita ketahui dan senantiasa wajib kita hindari. 

Pertama: Syirik (mempersekutukan Allah)
Tentu saja syirik ini adalah syirik besar (asy-Syirk al-Akbar), yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Sujud kepada berhala, meminta hujan kepada bintang, berdoa meminta sesuatu kepada kuburan, menyembelih hewan untuk jin dan roh-roh, berkeyakinan bahwa keris anu dan tombak empu fulan memiliki kekuatan hebat, dan hal-hal semacamnya; semua itu adalah syirik besar yang membatalkan semua amal ibadah yang dilakukan seseorang. Shalat, puasa, haji dan sebagainya adalah sia-sia apabila disertai dengan perbuatan syirik seperti ini. Bahkan lebih dari itu pelakunya dianggap keluar dari Islam, bila yang bersangkutan tidak bertaubat dan kembali kepada Islam. 

Perhatikan Firman Allah Ta’ala, yang secara tersurat dialamatkan kepada para nabi, tapi sebenarnya adalah kepada kita semua,

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum kamu, 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-ZumaR: 65). 

Alamat Firman ini adalah para nabi, termasuk Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam; artinya, apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam saja yang telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, menjadi batal amal ibadahnya kalau melakukan syirik, maka umat biasa seperti kita pastilah akan lebih parah lagi.

Dalam Zubdah at-Tafsir yang merupakan intisari dari tafsir Fathul Qadir karya asy-Syaukani, ketika menafsirkan ayat ini dikatakan, "Syirik, apabila merupakan sesuatu yang pasti menggugurkan amal para nabi, maka syirik akan menggugurkan amal selain mereka, dari umat-umat mereka adalah lebih pasti."
Dalam surat al-An'am ayat 88, setelah Allah mengisahkan tentang sejumlah para nabi; tentang dakwah mereka, kebaikan, keshalihan, keutamaan dan hidayah Allah kepada mereka, Allah mempertegas suatu pesan yang besar dengan FirmanNya,

ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Dan (tetapi) seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (Al-An'am: 88). 

Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah 

Kedua (dari yang membatalkan amal secara keseluruhan) adalah: Kufur.
Yang dimaksud di sini, juga Kufur Akbar dan tidak termasuk di dalamnya Kufur Ashghar. Mengenai kufur Akbar, perhatikan Firman Allah Ta’ala,

وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka terhapuslah amal-amalnya dan dia di akhirat termasuk orang-orang merugi." (Al-Ma`idah: 5).

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah 

Yang Ketiga (Dari Yang Membatalkan Amal Seorang Muslim) adalah: Murtad dari Islam.
Allah Ta’ala dengan sangat gamblang menegaskan masalah ini di dalam FirmanNya,

وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُون
َ
"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu terhapus amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah: 217).
Yang ketiga ini tidak perlu kita perjelas karena sudah sangat jelas; menjelaskan suatu yang jelas adalah sulit. 

Yang Kempat: Kemunafikan (An-Nifaq).
Ialah kemunafikan akbar yang dapat mengeluarkan pelaku-nya dari Islam. Dan ini juga masalah yang sangat jelas dalam akidah Islam. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرا
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (An-Nisa': 145) 

Kelima: Lancang dengan bersumpah (memastikan hukuman) atas Nama Allah Ta’ala.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari sahabat Jundab bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُوْلَ اللّهِ حَدَّثَ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: وَ اللّهِ لَا يَغْفِرُ اللّهُ لِفُلَانٍ، وَإِنَّ اللّهَ قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ؛ فَإِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ .
"Bahwasanya Rasulullah  menceritakan, 'Bahwa ada seseorang berkata, 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan', sedang-kan Allah justru berfirman, 'Siapa yang lancang mengatakan (atas namaKu) bahwa Aku tidak akan mengampuni fulan? Aku telah mengampuni si fulan dan Aku telah menggugurkan amalmu'." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 4753)
Kemudian perhatikan hadits berikut ini. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan,

كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مُتَوَاخِيَيْنِ، فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ، فَيَقُولُ: أَقْصِرْ، فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ، فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ، فَقَالَ: خَلِّنِيْ وَرَبِّيْ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيْبًا؟ فَقَالَ: وَاللّهِ لَا يَغْفِرُ اللّهُ لَكَ -أَوْ: لَا يُدْخِلُكَ اللّهُ الْجَنَّةَ- فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، فَقَالَ لِهٰذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِيْ عَالِمًا؟ أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟ وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِيْ، وَقَالَ لِلْآخَرِ: اِذْهَبُوْا بِهِ إِلَى النَّارِ.
"Dahulu ada dua orang laki-laki bersaudara di tengah Bani Israil, salah seorang dari keduanya suka berbuat dosa, sedangkan yang seorang lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah tersebut terus melihat yang satunya lagi suka berbuat dosa, sehingga dia sering berkata (menasihatinya), 'Berhentilah (melakukan dosa)', dan suatu hari dia mendapatkannya tengah melakukan dosa, dan dia berkata kepadanya, 'Berhentilah (melakukan dosa)'. Akan tetapi (orang yang ditegur) menimpalinya dengan mengatakan, 'Biarkan aku (ini adalah urusanku) dengan Rabbku, apakah kamu diutus sebagai pengawas bagi diriku?' Maka (karena kesal) yang rajin beribadah itu berkata kepadanya, 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu'-atau dia mengatakan, 'Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga'-. Maka Allah mengambil nyawa mereka berdua lalu (kelak) akan bersama menghadap kepada Allah Rabb semesta alam. Firman Allah kepada yang rajin beribadah itu, 'Apakah kamu tahu tentang Aku? Ataukah kamu punya kuasa terhadap apa yang ada di TanganKu?' Kepada yang suka berbuat dosa itu Allah berfirman, 'Pergilah dan masuk ke dalam surga dengan RahmatKu', sedangkan untuk yang rajin beribadah itu (karena kelancangannya tersebut) Allah firmankan (kepada para malaikat), 'Bawalah dia masuk ke dalam neraka'." (Diriwayatkan oleh Ahmaddan Abu Dawud, serta dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud). 

Keenam: Lancang terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan meninggikan suara melebihi suara beliau. Mengenai ini Allah memberikan peringatan yang keras di dalam KitabNya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن 
 تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepa-danya dengan suara keras seperti kerasnya (suara) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya amalmu tidak terhapus sedang-kan kamu tidak menyadari." (Al-Hujurat: 2). 

Mengangkat suara saja di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi suara beliau dapat membatalkan dan menggugurkan amal ibadah seseorang, apalagi lebih dari itu.
Mungkin seseorang akan berkata, "Itu kan dulu, di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup dan bagi orang-orang yang hidup bersama beliau. Apakah itu masih relevan untuk kita sekarang?" 

Masalah ini dijawab oleh seorang ulama besar, Imam al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi. Kata beliau, "Kehormatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah wafatnya adalah seperti kehormatan beliau ketika masih hidup, dan kemuliaan sabda beliau yang diriwayatkan (al-Hadits) sama dengan kemuliaan sabda beliau yang didengar melalui ucapan beliau secara langsung. Maka apabila sabda beliau disampaikan (dibacakan), setiap orang yang ada (yang hadir) wajib untuk tidak mengangkat suaranya dan tidak berpaling daripadanya, sebagaimana yang mesti dia lakukan di tengah majelis beliau ketika beliau mengucapkannya secara langsung." (Dinukil oleh Imam al-QrRthubi dalam tafsir beliau 8/200, cet. Maktabah at-Taufiqiyah).

Camkan baik-baik perkataan agung dari Imam Ibnul Arabi ini. Perkataan yang harus senantiasa kita ingat agar kita senantiasa menempatkan sabda-sabda Nabi kita a di tempat yang mulia dan terhormat, kemudian menyikapinya sebagaimana seorang sahabat menyikapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau bersabda, berikut menerimanya sebagaimana seharusnya seorang Muslim menerima wahyu, menjadikannya sebagai sumber hukum, dan bahkan sebagai tolok ukur dan hakim di dalam perbedaan pandangan di kalangan umat. 

Imam al-QuRthubi kemudian menjelaskan, "Mengangkat suara di hadapan Nabi shallallah ‘alaihi wasallam yang dimaksud, bukan dimaksud untuk meremehkan atau mengolok-olok; karena itu sudah jelas merupakan kekufuran." 

Karena itu, hendaklah berhati-hati orang-orang yang selama ini meremehkan sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena itu adalah suatu kekufuran dan paling tidak dapat menggugurkan pahala ibadah.
Adalah tidak pantas bagi seorang Muslim, yang beriman kepada Allah dan RasulNya menyikapi sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya sebagai isu, hanya sebagai bahan pelengkap, hanya sebagai penghias makalah-makalah batil, hanya sebagai pembenaran pandangan kita. Maka jangan heran, misalnya, kalau kita pernah mendengar ada orang yang mengatakan, "Hadits 'Semua bid'ah adalah sesat dan semua kesesatan adalah di neraka' tidak sesuai untuk disampaikan di hadapan masyarakat Indonesia, karena ini akan memecah belah umat dan esensi yang kontra produktif."
Ini adalah kelancangan yang sangat berbahaya yang seharusnya kita senantiasa berhati-hati daripadanya. Semua itu agar kita tidak termasuk di antara orang-orang yang amal ibadahnya gugur dan sia-sia. 

Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Semua itu tadi harus kita usahakan untuk dihindari, agar kita menjadi orang-orang yang senantiasa disayang Allah, diberkati dan mendapat ampunanNya.
 
Sumber; Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Oleh: Abdurrahman Nuryaman, Darul Haq Jakarta. Telp Diposting Oleh: Abu Nabiel

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ












16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar