Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis
Denros
Di Masjid Babus
Salam
Jorong Pianggu
Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok
Sumatera Barat
Tanggal 14
Februari 2014.M / 14 Rabiul Akhir 1435.H
إِنّ الْحَمْدَ
ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati Allah
Selayaknya
kita sanjungkan puja dan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada kita sehingga kalau kita hitung-hitung
nikmat tersebut sungguh tidak terkira jumlahnya, bila nikmat itu kita syukuri
maka akan ditambah-tambah oleh Allah dengan nikmat yang lain dan sebaliknya
bila diingkari maka azab Allah akan diberikan, dari sekian nikmat-Nya adalah
nikmat iman dan islam sehingga kita masih merasakan bagaimana indahnya hidup
dalam dekapan hidayah-Nya, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur atas
nikmat tersebut.
Shalawat
dan salam kita sampaikan pula kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam yang telah menuntun ummatnya ke jalan yang lurus yaitu jalan
orang-orang dahulu yang diberi nikmat oleh Allah bukan jalan orang-orang yang
dimurkai apalagi jalan orang yang sesat, dengan banyak membaca shalawat semoga
kita mendapat syafaatnya kelak dengan izin Allah, kemudian marilah kita
tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah yang diaplikasikan melalui amal
ibadah sehari-hari sebagai bekal menuju akherat.
Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah
Kita semua pasti mengetahui apa saja yang dapat membatalkan wudhu, yang membatalkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya, dari segi hukum fikih pelaksanaan. Akan tetapi barangkali sedikit di antara kita yang mengetahui apa saja yang dapat membatalkan amal ibadah seorang Muslim secara umum.
Kita semua pasti mengetahui apa saja yang dapat membatalkan wudhu, yang membatalkan shalat dan ibadah-ibadah lainnya, dari segi hukum fikih pelaksanaan. Akan tetapi barangkali sedikit di antara kita yang mengetahui apa saja yang dapat membatalkan amal ibadah seorang Muslim secara umum.
Membatalkan yang kita maksud adalah gugurnya atau
terhapusnya pahala amal, sebagian atau keseluruhan, atau amal ibadah dan segala
kebajikan itu sendiri tidak ada gunanya sama sekali, karena pemiliknya telah
dihukumi keluar dari Islam oleh Allah.
Membatalkan, yang dalam bahasa Arab adalah أَبْطَلَ, sering diungkapkan dengan kata أَحْبَطَ yang bermakna, menggugurkan atau menghapus.
Ibnul Atsir di dalam An-Nihayah Fi Gharib
al-Hadits mengatakan, "أَحْبَطَ اللّهُ عَمَلَهُ" (Allah menggugurkan
amalnya), maknanya adalah, أَبْطَلَهُ (Allah membatalkannya).
Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab lebih jelas menerangkan hakikat makna ini dengan mengatakan, "Kata kerja حَبَطَ (gugur), bentuk ketiganya adalah حَبْطٌ dan bisa juga حُبُوْطٌ maknanya adalah, seseorang mengerjakan suatu amal lalu dia merusaknya sendiri."
Ibnu Manzhur dalam Lisan al-Arab lebih jelas menerangkan hakikat makna ini dengan mengatakan, "Kata kerja حَبَطَ (gugur), bentuk ketiganya adalah حَبْطٌ dan bisa juga حُبُوْطٌ maknanya adalah, seseorang mengerjakan suatu amal lalu dia merusaknya sendiri."
Ini
mengisyaratkan bahwa ada hal-hal tertentu yang apabila dilakukan oleh seorang
Muslim, maka amal ibadahnya bisa menjadi sia-sia dan gugur tak berguna, tidak
diterima Allah dan tidak mendapatkan pahala. Dengan menyadari ini, setiap
Muslim wajib untuk mengetahui apa saja yang dapat merusak amal ibadahnya; tidak
untuk melakukannya, akan tetapi demi menjauhi dan senantiasa berhati-hati
terhadapnya. Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim terdapat Riwayat dari
sahabat Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu, di mana beliau berkata,
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلَ اللهِ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِيْ.
"Para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, se-dangkan aku bertanya kepada
beliau tentang keburukan; karena saya takut akan mendapatinya."
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Artinya, sebagaimana seorang Muslim wajib
mengetahui tauhid, dia juga wajib mengetahui syirik; tidak untuk melakukan syirik,
tetapi demi membersihkan tauhidnya dari syirik tersebut dan demi senantiasa
membentengi dirinya secara sangat kokoh.
Demikian juga, sebagaimana setiap Muslim wajib melaksanakan
kewajiban-kewajiban pokok yang telah Allah tetapkan atas setiap Muslim, dia juga
wajib menghindari apa saja yang dapat menggugurkan amal-amal wajib tersebut.
Dan begitu seterusnya.
Jamaah Jum'at yang Dirahmati
Allah
Hal-hal yang membatalkan amal ibadah (Muhbithat al-A'mal) ada dua kategori:
Hal-hal yang membatalkan amal ibadah (Muhbithat al-A'mal) ada dua kategori:
Pertama,
yang membatalkan dan menggugurkan amal ibadah secara keseluruhan (atau
Al-Muhbithat al-Kubra), dan kedua,
yang membatalkan pahala amal yang bersangkutan saja (atau Al-Muhbithat
ash-Shughra).
Berikut ini adalah apa saja yang membatalkan amal
ibadah seorang Muslim secara keseluruhan, yang wajib kita ketahui dan
senantiasa wajib kita hindari.
Pertama: Syirik (mempersekutukan
Allah)
Tentu saja syirik ini adalah syirik besar (asy-Syirk al-Akbar), yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Sujud kepada berhala, meminta hujan kepada bintang, berdoa meminta sesuatu kepada kuburan, menyembelih hewan untuk jin dan roh-roh, berkeyakinan bahwa keris anu dan tombak empu fulan memiliki kekuatan hebat, dan hal-hal semacamnya; semua itu adalah syirik besar yang membatalkan semua amal ibadah yang dilakukan seseorang. Shalat, puasa, haji dan sebagainya adalah sia-sia apabila disertai dengan perbuatan syirik seperti ini. Bahkan lebih dari itu pelakunya dianggap keluar dari Islam, bila yang bersangkutan tidak bertaubat dan kembali kepada Islam.
Tentu saja syirik ini adalah syirik besar (asy-Syirk al-Akbar), yang dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam. Sujud kepada berhala, meminta hujan kepada bintang, berdoa meminta sesuatu kepada kuburan, menyembelih hewan untuk jin dan roh-roh, berkeyakinan bahwa keris anu dan tombak empu fulan memiliki kekuatan hebat, dan hal-hal semacamnya; semua itu adalah syirik besar yang membatalkan semua amal ibadah yang dilakukan seseorang. Shalat, puasa, haji dan sebagainya adalah sia-sia apabila disertai dengan perbuatan syirik seperti ini. Bahkan lebih dari itu pelakunya dianggap keluar dari Islam, bila yang bersangkutan tidak bertaubat dan kembali kepada Islam.
Perhatikan Firman Allah Ta’ala, yang secara tersurat dialamatkan kepada para nabi, tapi sebenarnya adalah kepada kita semua,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan
sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelum kamu,
'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan terhapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (Az-ZumaR: 65).
Alamat Firman ini adalah para nabi, termasuk Nabi
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam; artinya, apabila Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam saja yang telah diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan
datang, menjadi batal amal ibadahnya kalau melakukan syirik, maka umat biasa
seperti kita pastilah akan lebih parah lagi.
Dalam Zubdah at-Tafsir yang merupakan intisari
dari tafsir Fathul Qadir karya asy-Syaukani, ketika menafsirkan ayat ini
dikatakan, "Syirik, apabila merupakan sesuatu yang pasti menggugurkan amal
para nabi, maka syirik akan menggugurkan amal selain mereka, dari umat-umat mereka
adalah lebih pasti."
Dalam surat al-An'am ayat 88, setelah Allah mengisahkan
tentang sejumlah para nabi; tentang dakwah mereka, kebaikan, keshalihan, keutamaan
dan hidayah Allah kepada mereka, Allah mempertegas suatu pesan yang besar
dengan FirmanNya,
ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
"Itulah
petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Dan (tetapi) seandainya mereka mempersekutukan
Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."
(Al-An'am: 88).
Jamaah Jum'at yang Dirahmati
Allah
Kedua (dari yang membatalkan amal secara keseluruhan) adalah: Kufur.
Yang dimaksud di sini, juga Kufur Akbar dan tidak termasuk di dalamnya Kufur Ashghar. Mengenai kufur Akbar, perhatikan Firman Allah Ta’ala,
وَمَن يَكْفُرْ بِالإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa
yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka terhapuslah
amal-amalnya dan dia di akhirat termasuk orang-orang merugi."
(Al-Ma`idah: 5).
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah
Yang Ketiga (Dari Yang Membatalkan Amal Seorang Muslim) adalah: Murtad dari Islam.
Allah Ta’ala dengan sangat gamblang menegaskan masalah ini di dalam FirmanNya,
وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Barangsiapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu terhapus amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah: 217).
Yang ketiga ini tidak perlu kita perjelas karena
sudah sangat jelas; menjelaskan suatu yang jelas adalah sulit.
Yang Kempat: Kemunafikan
(An-Nifaq).
Ialah kemunafikan akbar yang dapat mengeluarkan pelaku-nya dari Islam. Dan ini juga masalah yang sangat jelas dalam akidah Islam. Allah Ta’ala berfirman,
Ialah kemunafikan akbar yang dapat mengeluarkan pelaku-nya dari Islam. Dan ini juga masalah yang sangat jelas dalam akidah Islam. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرا
"Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.
Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka."
(An-Nisa': 145)
Kelima: Lancang dengan bersumpah
(memastikan hukuman) atas Nama Allah Ta’ala.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari sahabat Jundab bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu,
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Shahihnya dari sahabat Jundab bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ رَسُوْلَ اللّهِ حَدَّثَ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: وَ اللّهِ لَا يَغْفِرُ اللّهُ لِفُلَانٍ، وَإِنَّ اللّهَ قَالَ: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ؛ فَإِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ .
"Bahwasanya
Rasulullah menceritakan, 'Bahwa ada
seseorang berkata, 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan',
sedang-kan Allah justru berfirman, 'Siapa yang lancang mengatakan (atas namaKu)
bahwa Aku tidak akan mengampuni fulan? Aku telah mengampuni si fulan dan Aku
telah menggugurkan amalmu'." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 4753)
Kemudian perhatikan hadits berikut ini. Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menceritakan,
كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مُتَوَاخِيَيْنِ، فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ، فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ، فَيَقُولُ: أَقْصِرْ، فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ، فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ، فَقَالَ: خَلِّنِيْ وَرَبِّيْ، أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيْبًا؟ فَقَالَ: وَاللّهِ لَا يَغْفِرُ اللّهُ لَكَ -أَوْ: لَا يُدْخِلُكَ اللّهُ الْجَنَّةَ- فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، فَقَالَ لِهٰذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِيْ عَالِمًا؟ أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟ وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِيْ، وَقَالَ لِلْآخَرِ: اِذْهَبُوْا بِهِ إِلَى النَّارِ.
"Dahulu
ada dua orang laki-laki bersaudara di tengah Bani Israil, salah seorang dari
keduanya suka berbuat dosa, sedangkan yang seorang lagi rajin beribadah. Yang
rajin beribadah tersebut terus melihat yang satunya lagi suka berbuat dosa,
sehingga dia sering berkata (menasihatinya), 'Berhentilah (melakukan dosa)',
dan suatu hari dia mendapatkannya tengah melakukan dosa, dan dia berkata
kepadanya, 'Berhentilah (melakukan dosa)'. Akan tetapi (orang yang ditegur)
menimpalinya dengan mengatakan, 'Biarkan aku (ini adalah urusanku) dengan
Rabbku, apakah kamu diutus sebagai pengawas bagi diriku?' Maka (karena kesal)
yang rajin beribadah itu berkata kepadanya, 'Demi Allah, Allah tidak akan
mengampunimu'-atau dia mengatakan, 'Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga'-.
Maka Allah mengambil nyawa mereka berdua lalu (kelak) akan bersama menghadap
kepada Allah Rabb semesta alam. Firman Allah kepada yang rajin beribadah itu,
'Apakah kamu tahu tentang Aku? Ataukah kamu punya kuasa terhadap apa yang ada
di TanganKu?' Kepada yang suka berbuat dosa itu Allah berfirman, 'Pergilah dan masuk
ke dalam surga dengan RahmatKu', sedangkan untuk yang rajin beribadah itu
(karena kelancangannya tersebut) Allah firmankan (kepada para malaikat),
'Bawalah dia masuk ke dalam neraka'." (Diriwayatkan oleh Ahmaddan
Abu Dawud, serta dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud).
Keenam: Lancang terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan
meninggikan suara melebihi suara beliau.
Mengenai ini Allah memberikan
peringatan yang keras di dalam KitabNya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن
تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara
Nabi, dan janganlah kamu berkata kepa-danya dengan suara keras seperti kerasnya
(suara) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya amalmu tidak terhapus
sedang-kan kamu tidak menyadari." (Al-Hujurat: 2).
Mengangkat suara saja di hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi suara beliau dapat membatalkan dan
menggugurkan amal ibadah seseorang, apalagi lebih dari itu.
Mungkin seseorang akan berkata, "Itu kan dulu, di zaman Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup dan bagi orang-orang yang hidup
bersama beliau. Apakah itu masih relevan untuk kita sekarang?"
Masalah ini dijawab oleh seorang ulama besar, Imam
al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Arabi. Kata beliau, "Kehormatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah wafatnya adalah
seperti kehormatan beliau ketika masih hidup, dan kemuliaan sabda beliau yang
diriwayatkan (al-Hadits) sama dengan kemuliaan sabda beliau yang didengar
melalui ucapan beliau secara langsung. Maka apabila sabda beliau disampaikan
(dibacakan), setiap orang yang ada (yang hadir) wajib untuk tidak mengangkat
suaranya dan tidak berpaling daripadanya, sebagaimana yang mesti dia lakukan di
tengah majelis beliau ketika beliau mengucapkannya secara langsung."
(Dinukil oleh Imam al-QrRthubi dalam tafsir beliau 8/200, cet. Maktabah
at-Taufiqiyah).
Camkan baik-baik perkataan agung dari Imam Ibnul
Arabi ini. Perkataan yang harus senantiasa kita ingat agar kita senantiasa
menempatkan sabda-sabda Nabi kita a di tempat yang mulia dan terhormat, kemudian
menyikapinya sebagaimana seorang sahabat menyikapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika beliau bersabda, berikut menerimanya sebagaimana seharusnya
seorang Muslim menerima wahyu, menjadikannya sebagai sumber hukum, dan bahkan
sebagai tolok ukur dan hakim di dalam perbedaan pandangan di kalangan umat.
Imam al-QuRthubi kemudian menjelaskan, "Mengangkat suara di hadapan Nabi
shallallah ‘alaihi wasallam yang dimaksud, bukan dimaksud untuk meremehkan atau
mengolok-olok; karena itu sudah jelas merupakan kekufuran."
Karena itu, hendaklah berhati-hati orang-orang
yang selama ini meremehkan sabda-sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
karena itu adalah suatu kekufuran dan paling tidak dapat menggugurkan pahala
ibadah.
Adalah tidak pantas bagi seorang Muslim, yang beriman
kepada Allah dan RasulNya menyikapi sabda-sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam hanya sebagai isu, hanya sebagai bahan pelengkap, hanya sebagai
penghias makalah-makalah batil, hanya sebagai pembenaran pandangan kita. Maka
jangan heran, misalnya, kalau kita pernah mendengar ada orang yang mengatakan,
"Hadits 'Semua bid'ah adalah sesat dan
semua kesesatan adalah di neraka' tidak sesuai untuk disampaikan di hadapan
masyarakat Indonesia, karena ini akan memecah belah umat dan esensi yang kontra
produktif."
Ini adalah kelancangan yang sangat berbahaya yang seharusnya kita senantiasa berhati-hati daripadanya. Semua itu agar kita tidak termasuk di antara orang-orang yang amal ibadahnya gugur dan sia-sia.
Ini adalah kelancangan yang sangat berbahaya yang seharusnya kita senantiasa berhati-hati daripadanya. Semua itu agar kita tidak termasuk di antara orang-orang yang amal ibadahnya gugur dan sia-sia.
Jamaah Jum'at yang Dirahmati
Allah
Semua itu tadi harus kita usahakan untuk dihindari, agar kita menjadi orang-orang yang senantiasa disayang Allah, diberkati dan mendapat ampunanNya.
Semua itu tadi harus kita usahakan untuk dihindari, agar kita menjadi orang-orang yang senantiasa disayang Allah, diberkati dan mendapat ampunanNya.
Sumber;
Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Oleh: Abdurrahman Nuryaman,
Darul Haq Jakarta. Telp Diposting Oleh: Abu Nabiel
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ
16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar