Khutbah Idul Fithri
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Al Kautsar
Komplek Perumahan Pemda II
Kecamatan Batu Aji
Kota Batam Kepuluan Riau
1 Syawal
1439.H / 15 Juni 2018.M
MENJAGA
TAQWA BA’DA RAMADHAN
Allahu
Akbar 9 x
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا
قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Allah mengajak orang beriman untuk
berpuasa, sebagaimana dalam surat Al Baqarah 2;183
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa,
KESALAHAN ORANG
YANG PUASA
Dalam menjalankan ibadah Ramadhan ada beberapa
kekeliruan dan kesalahan yang harus dihindari agar ibadah puasa kita itu
optimal dan berbuah pahala di sisi Allah, diantaranya;
Pertama; keseriusan ibadah hanya di bulan Ramadhan.
Seorang
mukmin dalam beribadah sebenarnya tidak kenal musim, bulan atau hari apapun dia
harus beribadah, tapi dalam bulan ini Allah hanya memberi ransangan yang luar
biasa dan pahala yang berbeda dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain,
seperti memberi makan orang yang berbuka sama pahalanya dengan orang yang
puasa, ibadah sunnah yang dikerjakan sama nilainya dengan ibadah wajib, bagi
yang mendapat malam qadar akan bernilai ibadahnya 1000 bulan, sehingga wajar
bila Rasulullah menyatakan dalam sabdanya,”Kalau sekiranya ummatku mengetahui
kebaikan di bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar supaya tahun
semuanya menjadi Ramadhan, karena semua kebaikan berkumpul padanya, ketaatan
bisa diterima, do’a dikabulkan, dosa diampuni dan syurga rindu kepada mereka”.
Ibadah harus dilakukan setiap waktu, bukan hanya dalam
bulan Ramadhan saja;
1.
Kalau shalat subuh
di Ramadhan ramai maka ramai pula hendaknya di luar Ramadhan.
2. Bila shalat taraweh dan witir dikerjakan dalam bulan Ramadhan, maka
kerjakan pula diluar bulan Ramadhan.
3. Bila membaca Al Qur’an dilakukan dalam bulan Ramadhan,
maka lakukan pula di luar bulan Ramadhan.
4. Kalau infaq dan shadaqah ditunaikan dalam bulan Ramadhan
maka keluarkan pula infaq selain bulan Ramadhan.
5. Kalau puasa pada bulan Ramadhan maka lakukan pula puasa
pada bulan yang lainnya
6.
Bersungguh-sungguhlah
beribadah dalam kondisi apapun dan pada bulan apapun.
Kedua; melakukan perbuatan haram.
Di luar
Ramadhan saja kita tidak boleh berbuat haram apalagi dalam bulan Ramadhan,
seperti ghibah, adu domba, berbohong, saksi palsu dan lain-lainnya. Rasulullah
bersabda,”Lima perkara yang dapat
menghapuskan pahala ibadah puasa yaitu;
1.
dusta,
2.
ghibah,
3.
adu domba,
4.
sumpah palsu dan
5.
memandang dengan syahwat”.
Ketiga; bersikap malas.
Orang yang
beranggapan bahwa Ramadhan adalah bulan
untuk bermalas-malasan, karena mendengar
hadits dhaif yang menyatakan bahwa tidurnya orang yang puasa itu adalah
ibadah. Bahkan Ramadhan disebut juga dengan syahrul jihad, artinya bulan untuk berjuang, tidak ada istilah bagi seorang
muslim untuk berhenti bekerja karena Ramadhan, justru dengan puasa kita bekerja
maka pahalanya akan berlipat ganda, Rasulullah selalu berdo’a kepada Allah, ”Ya
Allah aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kedukaan, dari lemah dan
malas, dari pengecut dan bakhil, dari belenggu hutang dan dipengaruhi orang”.
Banyak
sekali kisah-kisah yang memberikan motivasi kepada kita untuk bekerja
diantaranya; Umar bin Khattab pernah mengusir seorang lelaki di dalam masjid
padahal hari sudah siang, dia sibuk ibadah saja dan lalai untuk mencari nafkah.
Seorang pengemis datang kepada
Rasulullah minta sesuatu, Rasul memberinya kapak lalu dkisuruh mencari kayu ke
hutan, sabda beliau,”Itu lebih baik
bagimu dari pada kamu meminta-minta”.
Ada pula
orang yang sibuk dengan ibadah saja sementara hidupnya ditanggung oleh
kakaknya, Rasul menyatakan, ”Kakakmu lebih baik darimu”.
Keempat; boros dalam makanan dan minuman.
Orang yang
beranggapan Ramadhan adalah ajang untuk melampiaskan nafsu perut
sehingga dana untuk itu disediakan, padahal makna Ramadhan adalah agar hidup
hemat dan sederhana. Pemborosan itu nampak pada; makanan dan minuman dengan
menyediakan seluruh jenis makanan dan minuman untuk menyambut datangnya waktu
berbuka, padahal semua itu tidak akan habis bahkan lebih banyak yang mendarat
ke tong sampah.
Rasulullah
ketika berbuka hanya memakan 3 butir kurma yang kualitasnya baik dan minum dua
teguk air setelah itu beliah shalat maghrib, kemudian baru makan sebatas yang
beliau ajarkan; tidak terlalu kenyang, karena perut manusia itu harus diisi
oleh air, udara dan makanan masing-masing sepertiga bagian.
Siti Fatimah
suatu kali berpuasa nazar untuk tiga hari; hari pertama dia persiapkan makanan
untuk berbuka satu potong roti dengan segelas air, rupanya datang seorang
pengemis yang sudah sekian hari tidak makan, maka dia berikan roti itu kepada
pengemis itu, hari kedua datanglah anak yatim dan hari ketiga datang pula orang
yang baru keluar dari penjara, sehingga tiga hari lamanya Fatimah tidak
menikmati makanan untuk berbuka selain segelas air, kita tentu tidak mampu
sebagaimana anak kesayangan Rasulullah ini, tapi janganlah boros saat berbuka
sehingga mubazir,
”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang dalam perjalanan, dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan hartamu secara boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudaranya syaithan dan syaitan itu sangat ingkar kepada Tuhannya” [Al Isra’ 17;26-27].
MERAIH
TAQWA DI BULAN RAMADHAN
Allah
memberikan kesempatank kepada orang beriman untuk mencapai derajat taqwa di
bulan Ramadhan padahal untuk meraih derajat itu melalui perjalanan yang panjang
yaitu;
Level
iman menurut ulama;
Muslim adalah keimanan yang sangat rendah sekali, baru sebatas
pengakuan bahwa Allah sebagai Ilahnya. Imannya belum lagi menghunjam. Ibadahnya
hanya sekedar yang dia perlukan. Dosa dan maksiat dalam kehidupannya masih
kebutuhan. Suatu ketika datanglah seorang Arab Baduy ke hadapan Rasulullah
dengan menyatakan ”Amanna” artinya kami telah beriman. Kontan Rasul menyahut,
”Katakanlah Aslamna, bahwa engkau baru Islam”. Allahpun menjelaskan dalam
firman-Nya surat Al Hujurat ayat 14.
|
'' Orang-orang Arab
Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum
beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke
dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang."[Al
Hujurat 49;14].
Ada yang
menyatakan ke Islamannya di hadapan Rasulullah, setelah mengucapkan kalimat
tauhid itu dipersilahkan pulang, ada pula yang siap masuk Islam dengan syarat dia dibolehkan untuk berbuat
dosa apa saja, maka Rasul cukup memberi resep kepadanya ,”Jangan berbohong”
tetapi ada pula yang baru masuk Islam telah diberi pedang untuk berjihad di
medan juang, berarti keimanan orang ini berbeda dengan dua orang lainnya tadi.
Mukmin adalah level iman kedua setelah seorang muslim mengkaji
ajaran Islam sehingga meningkat ”tsaqafah” [wawasan] keislamannya. Semakin
menghunjam imannya sehingga ibadah wajibnya tertib dilakukan. Dosanya semakin
kecil karena disibukkan oleh peningkatan iman. Mereka telah punya sifat-sifat
tersendiri, sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat Al Anfal ayat 2-5;
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
adalah orang-orang yang dikala disebut
nama Allah bergetarlah hatinya, saat dibacakan ayat-ayat Allah bertambah
keimanannya, kepada Allah mereka bertawakkal.’’
Muhsin yaitu orang
yang kualitas imannya semakin baik dengan banyaknya berbuat kebajikan. Tidak
hanya yang wajib-wajib saja tetapi amal-amal sunnah sudah jadi kesukaannya
seperti shalat rawatib, shalat dhuha, qiyamul lail, puasa sunnah dan infaq yang
dimotivasi hanya mencari ridha Allah. surat Al
Baqarah 2;195
”Dan belanjakanlah
(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik”
Mukhlis adalah tingkatan yang keempat setelah menjalani berbagai
training dalam kehidupan ini. Hidupnya ikhlas hanya untuk mengabdikan diri
kepada Allah sebagai apapun profesi dan prestasinya. Jabatan apapun yang dia
sandang; sebagai Bupati, anggota dewan, kepala bagian atau entah jabatan
lainnya, tetapi dia tidak merasa tinggi dan sombong dengan itu. Sebab dia tahu
bahwa semua itu adalah titipan yang akan
diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. Atau mungkin dia seorang
yang rendah sekalipun statusnya di tengah masyarakat, dengan posisi ini
sedikitpun dia tidak merasa hina.
Muttaqin adalah level iman yang paling tinggi,artinya
orang yang bertaqwa. Suatu ketika Umar bin Khattab ditanya oleh seorang sahabat tentang taqwa ini, maka
dia balik bertanya, ”Pernahkah kamu melewati perjalanan sulit ?” maka dijawab
”Pernah”, Umar bertanya lagi, ”Bagaimana cara kamu melewati jalan itu?”, sang
sahabat itu menjawab, ”Maka saya berhati-hati”, Umar lansung menukas, ”Nah
itulah yang dikatakan dengan taqwa yaitu berhati-hati”.
Para ulama telah menjelaskan
apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya, Imam ar-Raghib al-Ashfahani
mendefinisikan: "Takwa yaitu
menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan
meninggalkan apa yang dilarang, menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian
yang dihalalkan."
Imam an-Nawawi mendefinisikan
takwa dengan "menaati perintah dan
larangan-Nya." Maksudnya, menjaga diri dari kemurkaan dan azab
Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani, "Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan
yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau
meninggalkannya."
Imam Al Ghazali mengartikan taqwa dengan ;
1.
T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha kepada
Allah setelah maksimal berusaha
2. Q; Qona’ah artinya
sikap hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa
syukur apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk masa depan.
3. W; Wara’ artinya
berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya
yang syubhat ini.
4. Y ; Yakin artinya
kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan Syari’at-Nya. Orang yang
bertaqwa lebih cepat masuk syurga daripada level iman lainnya.
Ubay bin Ka'ab
bertanya kepada Umar bin Khattab tentang taqwa, Umar menjawab,"Apakah anda
pernah melewati jalan berduri?", Ubay menjawab,"Ya pernah", Umar
bertanya,"Apakah yang anda lakukan?". Kata Ubay,"Saya
kesampingkan duri itu dan berusaha maju ke depan dan berhati-hati", kata
Umar, "Itulah taqwa". Rasulullah menyatakan bahwa taqwa itu ada di
hati bukan diucapan, sedangkan orang yang bertaqwa juga dikatakan adalah orang
yang mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Rupanya iman dan taqwa tidak hanya
diucapkan saja apalagi hanya dipendam saja di hati, tapi taqwa itu harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk pribadi, keluarga hingga
masyarakat luas, sampai Nabi Ibrahim mohon kepada Allah agar nanti anak
keturunannya menjadi pemimpin orang yang bertaqwa artinya menjadi orang yang
bertaqwa saja sungguh mulia apalagi memimpin orang yang bertaqwa tentu kualitasnya
lebih taqwa dari yang dipimpinnya, wallahu a'lam.
Sumber;
1.M.Yunan
Nasution, Pegangan Hidup I
2.Al
Qur'an dan terjemahannya, Depag RI 1994/1995
3.Kumpulan
Ceramah Praktis, Drs. Mukhlis Denros, 2009
4.Buya Hamka, Pelajaran Agama
Islam.
5.Muhammad Nasih Ulwan,
Tarbiyah Ruhiyyah
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
KHUTBAH KEDUA
Allahu Akbar 7x
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ
اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَر
Tidak ada komentar:
Posting Komentar