Minggu, 04 November 2018

242. Ayat Tentang Puasa Ramadhan




Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Az Zafran
Komplek Perumahan Taman Melati Raya Tiban V
Kecamatan Sekupang
Kota Batam Kepuluan Riau
11 Sya’ban 1439.H / 27 April 2018.M


AYAT TENTANG PUASA RAMADHAN

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،

أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Al Baqarah 2;183

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Penggalan ayat;
Hai orang-orang yang beriman………………….
1.      Yang dipanggil orang-orang beriman, karena orang-orang beriman itu yang mau dan mampu
a.Iman harus terhunjam di Hati :


Sesungguhnya orang-orang yang beriman  ialah mereka yang : bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,  bila dibacakan ayat-ayat Allah maka bertambahlah imannya, mereka bertawakal kepada Allah[Al Anfal 8;2]



b.Iman harus terucapkan di Lisan
Sesungguhnya jawaban oran-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.[An Nur 24;51]

c.Iman harus dibuktikan dalam Amal perbuatan

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan urge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam urge-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya [Al Baqarah 2;25].


2.      Orang Islam tidak dipanggil untuk puasa, karena orang islam imannya masih rendah.
’’ Orang-orang Arab Badui itu berkata: ”Kami Telah beriman”. Katakanlah: ”Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ’kami Telah tunduk’, Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[Al Hujurat 49;14].

Level iman menurut ulama;
Muslim adalah keimanan yang sangat rendah sekali, baru sebatas pengakuan bahwa Allah sebagai Ilahnya. Imannya belum lagi menghunjam. Ibadahnya hanya sekedar yang dia perlukan. Dosa dan maksiat dalam kehidupannya masih kebutuhan. Suatu ketika datanglah seorang Arab Baduy ke hadapan Rasulullah dengan menyatakan ”Amanna” artinya kami telah beriman. Kontan Rasul menyahut, ”Katakanlah Aslamna, bahwa engkau baru Islam”. Allahpun menjelaskan dalam firman-Nya surat Al Hujurat ayat 14.


' Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."[Al Hujurat 49;14].

 Ada yang menyatakan ke Islamannya di hadapan Rasulullah, setelah mengucapkan kalimat tauhid itu dipersilahkan pulang, ada pula yang siap masuk Islam   dengan syarat dia dibolehkan untuk berbuat dosa apa saja, maka Rasul cukup memberi resep kepadanya ,”Jangan berbohong” tetapi ada pula yang baru masuk Islam telah diberi pedang untuk berjihad di medan juang, berarti keimanan orang ini berbeda dengan dua orang lainnya tadi.

            Mukmin adalah level iman kedua setelah seorang muslim mengkaji ajaran Islam sehingga meningkat ”tsaqafah” [wawasan] keislamannya. Semakin menghunjam imannya sehingga ibadah wajibnya tertib dilakukan. Dosanya semakin kecil karena disibukkan oleh peningkatan iman. Mereka telah punya sifat-sifat tersendiri, sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat Al Anfal ayat 2-5;

 ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang  yang dikala disebut nama Allah bergetarlah hatinya, saat dibacakan ayat-ayat Allah bertambah keimanannya, kepada Allah mereka bertawakkal.’’

            Muhsin yaitu orang yang kualitas imannya semakin baik dengan banyaknya berbuat kebajikan. Tidak hanya yang wajib-wajib saja tetapi amal-amal sunnah sudah jadi kesukaannya seperti shalat rawatib, shalat dhuha, qiyamul lail, puasa sunnah dan infaq yang dimotivasi hanya mencari ridha Allah. surat Al Baqarah 2;195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”
            Mukhlis adalah tingkatan yang keempat setelah menjalani berbagai training dalam kehidupan ini. Hidupnya ikhlas hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah sebagai apapun profesi dan prestasinya. Jabatan apapun yang dia sandang; sebagai Bupati, anggota dewan, kepala bagian atau entah jabatan lainnya, tetapi dia tidak merasa tinggi dan sombong dengan itu. Sebab dia tahu bahwa semua itu adalah titipan  yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. Atau mungkin dia seorang yang rendah sekalipun statusnya di tengah masyarakat, dengan posisi ini sedikitpun dia tidak merasa hina.


 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.











            Muttaqin adalah level iman yang paling tinggi,artinya orang yang bertaqwa. Suatu ketika Umar bin Khattab ditanya  oleh seorang sahabat tentang taqwa ini, maka dia balik bertanya, ”Pernahkah kamu melewati perjalanan sulit ?” maka dijawab ”Pernah”, Umar bertanya lagi, ”Bagaimana cara kamu melewati jalan itu?”, sang sahabat itu menjawab, ”Maka saya berhati-hati”, Umar lansung menukas, ”Nah itulah yang dikatakan dengan taqwa yaitu berhati-hati”.

Imam Al Ghazali mengartikan taqwa dengan ;
- T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha kepada Allah setelah maksimal berusaha
- Q; Qona’ah artinya sikap hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa syukur apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk masa depan.
6
- W; Wara’ artinya berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya yang syubhat ini.
- Y ; Yakin artinya kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan Syari’at-Nya. Orang yang bertaqwa lebih cepat masuk syurga daripada level iman lainnya.

3.      Ada kewajiban untuk puasa

Diwajibkan atas kamu berpuasa……………….
Puasa yang diperintahkan dalam Al Qur’an dan Sunnah secara etimologi ialah meninggalkan dan menahan. Dengan kata lain, menahan dan meninggalkan sesuatu yang mubah [halal] seperti nafsu perut dan nafsu seks dengan nilai mendekatkan diri kepada Allat Subhanahu Wa Ta’ala.

Adapun makna puasa secara terminologi adalah menahan diri dengan sengaja dari makan, minum, bersetubuh dan segala sesuatu yang berada dalam hukum bersetubuh selama sehari penuh, yakni sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat menjalankan perintah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam hadits qudsi disebutkan; ”Setiap pahala amal ibadah anak Adam untuk dirinya kecuali puasa, ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya. Ia meninggalkan makan dan nafsu seks hanya untuk-Ku”.[Bukhari dan Muslim].

Hukumnya wajib ’ain bagi setiap muslim yang mukallaf sebagaimana dalil Al Qur’an, ”Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kamu sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa, yaitu pada hari-hari yang telah ditentukan” [Al Baqarah 2;183-184].


7
Dalil dari haditspun menyebutkan,”Islam terdiri dari lima perkara; mengikrarkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah, puasa Ramadhan” [HR. Bukhari dan Muslim].

”Berpuasalah  kamu  karena melihat bulan [Ramadhan] dan berbukalah kamu karena melihat bulan [Syawal]” [HR. Bukhari dan Muslim]

4.      Orang terdahulu sudah puasa juga

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu

Nabi Adam as. sesampainya di bumi setelah diturunkan dari sorga akibat dosa dan kesalahan yang dilakukan, dia bertaubat kepada Allah swt dan berpuasa selama tiga hari setiap bulan. Itulah yang kemudian dikenal dengan puasa hari putih yang juga sunah untuk dikerjakan pada setiap tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.
Nabi Daud as juga melaksanakan puasa, bahkan dalam waktu yang cukup lama yaitu setengah tahun, di mana nabi Daud berpuasa satu hari dan berbuka satu hari begitulah selama satu tahun.
Al-Qurthubi, dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, menyebutkan bahwa Allah telah mewajibkan, puasa kepada Yahudi selama 40 hari, kemudian umat nabi Isa selama 50 hari. Tetapi kemudian mereka merubah waktunya sesuai keinginan mereka. Jika bertepatan dengan musim panas mereka menundanya hingga datang  musim bunga. Hal itu mereka lakukan demi mencari kemudahan dalam beribadah. Itulah yang disebut nasi’ seperti disebutkan dalam surat at taubah: 37 “Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah…”
5.      Targetnya adalah taqwa

agar kamu bertakwa,…………………………..

Taqwa itu adalah:
Menurut Ibnu Taimiyah Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Al Majmu’ Al Fatawa, 10: 433)

Berarti jika seseorang tidak menjalankan perintah Allah, terus melakukan maksiat dan enggan bertaubat, maka ia tidak masuk kriteria orang yang bertakwa, apalagi jika ia adalah pelaku kesyirikan yang biasa melariskan tradisi syirik. Yang terakhir ini sangat jauh dari sifat takwa.

Taqwa itu adalah Level Iman tertinggi, harus dicapai melalui Muslim, mukmin, muhsin, dan mukhlis.




بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُ




 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar