Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Al Ikhlas
Kp. Pisang, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam
Tanggal 21 Rajab 1437.H/ 29 April 2016.M
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati
Allah
Terdapat beberapa kata dalam bahasa arab yang mengalami
infiltrasi ke bahasa kita. Hanya saja masyarakat indonesia tidak sepakat dalam
ejaannya. Kendati lembaga bahasa telah membuat aturan baku EYD, namun tidak
semua masyarakat terbiasa menggunakannya. Sebagaimana kata shalat. Ada yang
menuliskan sholat, salat, atau solat. Mana yang benar? Bagi sebagian orang yang
taklid dengan EYD, mereka akan membela kata salat. Tapi bagi sebagian yang
kurang perhatian dengan bahasa, dia tidak akan mempermasalahkannya, yang
penting enak dibaca.
Karena itu, sejatinya tidak ada yang perlu dipermasalahkan
antara silaturrahmi ataukah silaturahim. Selama makna yang dimaksud sama, yaitu
memperbaiki hubungan persaudaraan dengan kerabat. Anda boleh menyebut
silaturrahmi atau silaturahim, karena keduanya sama.
Inilah makna kaidah yang ditetapkan
para ulama,
لا
مشاحة فى الاصطلاح
“Tidak ada perdebatan dalam istilah”
Artinya, selama maknanya sama, tidak
jadi masalah.
jika dirunut dari sumber asal serapannya yaitu bahasa Arab, maka yang lebih
tepat adalah “SILATURAHIM”karena terdiri dari dua kata yaitu “shilah” (menyambung) dan “Rahim” (rahim wanita/kekeluargaan)
bisa kita lihat dalam hadits berikut, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الرَّحِمُ
مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي
قَطَعَهُ اللَّهُ
“Ar-rahim itu tergantung
di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka Allah akan
menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus
hubungan dengannya”.[1]
Disebutkan dalam hadits banyak keutamaan silaturahmi. Misalnya diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ
فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ”.
“Barang siapa menginginkan untuk diluaskan rizkinya serta diundur
ajalnya; hendaklah ia bersilaturrahim”.[2]
Maka meninjau dari makna
bahasanya, silaturahmi di sini hanya kepada keluarga saja. Keluarga bisa
meliputi keluarga inti dan keluarga yang tercakup dan terlibat dalam hal
warisan. Adapun ke rumah teman maka bahasa syariatnya adalah “ziyarah”. Hanya
saja ini tidak lazim dalam bahasa Indonesia tidak biasa digunakan dan lebih
identik dengan kata “ziarah kubur”
Jadi komentar,“Saya mau ke
rumah teman dulu, silaturahmi, supaya panjang umur dan mudah rezeki”
Kurang tepat secara syariat karena yang dimaksud
keutamaan dalam hadits adalah silaturahim ke keluarga bukan ke teman.
Karenanya hubungan keluarga harus dijaga dan dimotivasi oleh Islam, bahkan
ada ancaman khusus bagi orang yang memutusnya.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga pemutus (silaturrahim)”.
Syariat Islam sungguh indah. Ia mengajarkan adab nan tinggi
dan akhlak yang mulia. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda,
dan selalu berusaha menjaga keutuhan keluarga. Membersihkan berbagai noda di
dada yang akan merusak hubungan sesama manusia yang satu keluarga. Menyantuni
yang tidak punya dan tidak iri dengki kepada yang kaya.
Silaturahim adalah resep mustajab untuk ini semua. Bahkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa silaturahim
termasuk inti dakwah Islam, sebagaimana diriwayatkan Abu Umamah, dia berkata:
Amr bin ‘Abasah As-Sulami radhiyallahu ‘anhu berkata:
Aku berkata: “Dengan apa Allah mengutusmu?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Allah mengutusku
dengan silaturahim, menghancurkan berhala dan agar Allah ditauhidkan, tidak
disekutukan dengan-Nya sesuatupun.” (HR. Muslim, Kitab Shalatul
Musafirin, Bab Islam ‘Amr bin ‘Abasah, no. 1927)
An-Nawawi rahimahullahu menjelaskan hadits ini dengan
menyatakan: “Dalam hadits ini terdapat dalil yang sangat jelas untuk memotivasi
silaturahim. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengiringkannya
dengan tauhid dan tidak menyebutkan bagian-bagian Islam yang lain kepadanya
(‘Amr). Beliau hanya menyebutkan yang terpenting, dan beliau awali dengan
silaturahim.” (Syarh Shahih Muslim)
Silaturahim
berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata صِلَةٌ dan الرَّحِمُ . Kata صِلَةٌ adalah bentuk mashdar (gerund) dari kata وَصَلَ- يَصِلُ ,
yang berarti sampai, menyambung. Ar-Raghib Al-Asfahani berkata: “وَصَلَ – الْاِتِّصَالُ yaitu
menyatunya beberapa hal, sebagian dengan yang lain.” (Al-Mufradat fi
Gharibil Qur`an, hal. 525)
Adapun kata الرَّحِمُ, Ibnu
Manzhur berkata: “الرَّحِمُ adalah hubungan kekerabatan, yang asalnya adalah tempat
tumbuhnya janin di dalam perut.” (Lisanul ‘Arab)
Jadi, silaturahim artinya adalah
menyambung tali persaudaraan kepada kerabat yang memiliki hubungan nasab.
Manusia adalah mahkluk sosial (civil socity), di mana antara
yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, serta saling mengisi dan
menutupi dalam hal kelebihan maupun kekurangan. Islam mengajarkan umatnya agar
selalu mempererat tali ukhuwah Islamiyah, agar umat ini menjadi umat yang
bersatu dan dapat menebarkan kebaikan kepada umat manusia pada umumnya.
Memelihara hubungan silaturahim merupakan perintah Allah dan
Rasul-Nya, serta wajib bagi kita untuk menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Di antara hikmah dari memelihara hubungan silaturahim itu secara garis besar ada 2 (dua) hal penting. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw yang bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Di antara hikmah dari memelihara hubungan silaturahim itu secara garis besar ada 2 (dua) hal penting. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw yang bersumber dari Abu Hurairah radhiallahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits tersebut di atas dijelaskan tentang hikmah
silaturahim, bahwa orang yang menyambung hubungan silaturahim maka Allah SWT
akan memberikan kepadanya pahala kebaikan di dunia ini (selain pahala di
akhirat), berupa keluasan rezki dan umur yang panjang. Semoga Allah SWT menjadikan kita umat yang
selalu menjaga hubungan tali silaturahim dengan sebaik-baiknya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُم
Khutbah kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ
مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ..
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ
اللهِ أَكْبَرُ.