Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Baitul Taqwa
Komplek
Kantor Bea Cukai Batam
Jalan Kuda Laut, Kecamatan Batu Ampar Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
27 Rabiul Awal 1437. H/ 8 Januari
2016.M
PENTINGNYA
AKHLAK BAGI
SEORANG MUSLIM
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ
صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا
النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ
الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ
أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى
الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Ruanglingkup
ajaran Islam
Islam mencakup seluruh asfek
kehidupan, sejak dari urusan pribadi hingga urusan Negara, membicarakan masalah
akherat dengan tidak melupakan dunia, Islam adalah ajaran yang lengkap dan utuh, Namun
secara global ajaran islam itu membicarakan;
1.
Aqidah
2.
Syari’ah
3.
Akhlak
Pengertian Akhlak
Akhlaq berasal dari bahasa
Arab, yaitu ”Khuluqun” yang berarti ”Budi pekerti”, yang menentukan
batas antara baik dan buruk, yang
terpuji dan tercela, tentang perkataan dan perbuatan manusia dalam
pergaulannya.
Akhlaq adalah sejumlah kumpulan
prilaku berdasarkan teladan Rasulullah Saw dimasa hidupnya, didalam kehidupan
sehari-hari yang dituntun oleh Risalah Nubuwah [Kenabian] dalam Al Ahzab;21
Allah berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”[Al Ahzab 33;21].
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam/ 68: 4).
Dalam
sebuah haditspun Rasulullah menyabdakan;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
”Aku diutus kemuka bumi ini tiada lain untuk
menyempurnakan baiknya akhlak”.
Akhlaq
menghunjam di dada dan memotivasi diri untuk melakukan perbuatan yang baik dan
benar, dengan mengharapkan semata-mata ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Dalam Islam perhatian terhadap
akhlak sangatlah besar. Selain akan mendampingi ketaqwaan dalam memperbanyak
amal di akherat, akhlak juga menjadi perisai bagi eksistensi suatu bangsa.
Selain itu, kebutuhan seorang muslim akan akhlak juga untuk penopang iman.
Sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah,
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ
لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا ».
“Paling
sempurnanya iman orang mukmin adalah yang paling bagus akhlaq mereka, dan yang
paling terpilih di antara kamu sekalian adalah yang paling terpilih akhlaqnya
terhadap isteri-isteri mereka. (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih,
dan Ibnu Hibban, Al-Baihaqi, dari Abi Hurairah).
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
» البخاري ومسلم وأبو داود
Dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia menyakiti
tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah
ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).
Di hadits lain diriwayatkan:
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ
اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».
Dari Abu Dzar , ia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi
wa sallam– bersabda kepadaku: “Taqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu
berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan
berakhlaqlah kepada manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR At-Tirmidzi, ia
berkata hasan shahih, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul
Iman).
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ
أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ
الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ «
الْفَمُ وَالْفَرْجُ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah –shallallahu
‘alaihi wa sallam—ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke
surga, maka beliau bersabda: “Taqwa kepada Allah dan bagusnya akhlaq.”
Dan beliau ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke neraka,
maka beliau bersabda: “mulut dan farji (kemaluan)” (HR At-Tirmidzi, ia
berkata hadits shahih gharib, dan Ibnu Majah).
Dalam Islam, batasan
antara akhlak yang baik dan akhlak yang buruk sangat jelas. Bahkan
dengan penggambaran-penggambaran yang vulgar. Lihatlah bagaimana Al Qur’an
mengumpamakan orang-orang yang tak berakhlak seperti binatang, bahkan lebih
sesat dari binatang.
Beda akhlak dengan moral
Kita sering menyamaratakan satu
istilah yang berlaku di masyarakat, sehingga menganggap antara istilah satu
dengan istilah lainnya tidak ada perbedaan, baik dari segi penggunaan maupun
waktu dalam menggunakannya. Hal ini dapat mengaburkan atau menghilangkan maksud
yang terkandung dari kata yang disebutkan atau yang diungkapkan.
Bila
ummat islam menyebutkan sembahyang maka tanpa difikir lagi kata tersebut adalah
shalat. Samakah shalat dengan sembahyang dari maksud makna keduanya itu ?
Terjemahan bahasa satu ke dalam bahasa lain tidak semuanya sama atau sesuai
dengan apa yang dimaksudkan dari kata itu, atau mungkin tidak ada terjemahannya ke dalam bahasa lain.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selaku makhluk sosial tidak lepas dari
istilah-istilah yang sebenarnya tidak sesuai diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, mungkin saja istilah tersebut dari bahasa asing atau bahasa daerah.
Selama ini kita mengartikan ”Addin” dengan ”Agama”, ”Allah” dengan ”Tuhan”, ”Shalat” dengan ”Sembahyang”, ”Shiam ” dengan ”Puasa”
dan ”Moral” dengan ”Akhlaq”. Padahal terjemahan tersebut tidaklah
bersinggungan, apalagi untuk tepat benar. Dalam tulisan ini dicoba membuka
ketakserasian istilah Moral, etika, dan
tatakrama yang diterjemahkan dengan ”Akhlaq” dengan maksud agar kita
dapat menempatkan istilah ini tepat
pada tempat yang sepantasnya atau untuk
menggali dan menghidupkan istilah-istilah yang islami.
Moral berasal dari bahasa Latin,
yang artinya ”adat kebiasaan seseorang
dalam hidupnya”. Istilah ini serasi
dengan Etika, yang berasal dari bahaya Yunani. Moral adalah kesanggupan
orang untuk memilih perbuatan baik dari perbuatan yang buruk. Baik dan buruk
ini menurut pandangan manusia, yang dirumuskan oleh manusia berdasarkan kesepakatan.
Moral tidak menghunjam dalam dada
pengikutnya, sebab sifatnya sementara dan lokal, hanya berlaku dalam satu
wilayah tertentu, maka sifatnyapun relatif menurut situasi, kondisi dan tempat
saja. Dalam pandangan moral, yang lebih diutamakan adalah toleransi antara
sesama manusia dan saling tenggang rasa. Seseorang bisa melepaskan moralnya
untuk menghargai moral orang lain dalam pergaulan, takut orang lain tersinggung
atas moralnya, sebab ada pertentangan antara moralnya dengan moral orang lain.
Adapun sumber moral berasal dari tokoh-tokoh manusia yang tunduk
kepada hukum yuridis yang tidak ada panutan atau teladan yang pantas diikuti
sebagai standard dalam bertindak menjalankan moral tersebut di masyarakat, dan
sangsinya adalah tercela dipandangan manusia. Sedangkan akhlaq berasal dari
bahasa Arab, yaitu ”Khuluqun” yang
berarti ”Budi pekerti”, yang menentukan batas antara baik dan buruk, yang terpuji dan tercela,
tentang perkataan dan perbuatan manusia dalam pergaulannya.
Akhlaq adalah sejumlah kumpulan
prilaku berdasarkan teladan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dimasa
hidupnya, didalam kehidupan sehari-hari yang dituntun oleh Risalah Nubuwah.
Akhlaq menghunjam di dada dan
memotivasi diri untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar, dengan
mengharapkan semata-mata ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ruang lingkup akhlak
Islam
memberikan ruang lingkup akhlak yang baik dengan sangat luas. Tidak saja terpaku kepada amal-amal yang
kelihatannya sepele. Seperti menyingkirkan duri dari jalanan, menyapa dengan
mengucapkan salam ketika bertemu sesama muslim, mendo’akan saudara, dan
amal-amal lain yang sangat luas dalam Islam.
Dalam sebuah hadits Qudsi yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.
bersabda: "Sesungguhnya Allah itu adalah Dzat Yang Maha baik, karena itu
Dia tidak akan menerima dari hamba-Nya kecuali yang baik pula. Dan sesungguhnya
Allah Subhanahu wa ta’ala
memerintahkan kepada orang-orang mu'min sebagaimana yang Allah perintahkan kepada
para rasul. Lantas beliau mengutip firman Allah Subhanahu wa
ta’ala;
"Wahai
para rasul makanlah dari yang baik-baik dan beramal shaleh-lah…" (Al Mu'minuun, 23 : 51).
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di
antara rezki yang baik-baik sebagaimana yang telah Kami berikan kepada kamu dan
bersyukurlah kalian kepada Allah…."(Al Baqarah, 2 : 172)
Intinya, pada awalnya Rasulullah mengingatkan kepada kita bahwa Allah itu
adalah Dzat Yang Maha baik. Dia tidak akan menerima dari hamba-Nya kecuali dari
hal yang baik-baik. Pengertian dari hal yang baik-baik di sini adalah baik
dalam bentuk ibadah maupun dalam pribadi hamba-Nya itu sendiri. Kemudian
Rasulullah menceritakan tentang adanya
seorang laki-laki yang sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh, rambutnya
kusut, pakaiannya kumal. Di tengah-tengah teriknya padang pasir dia mengulurkan
kedua tangannya sambil berdoa, wahai Tuhan - wahai Tuhan. Dia
menjerit-jerit kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
berdoa memohon agar Allah Subhanahu wa ta’ala membebaskan
dia dari penderitaannya itu. Para sahabat yang sempat menyaksikan peristiwa itu
sempat berkomentar bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa
ta’ala. tidak akan
mengabulkan doa hamba-Nya yang sudah menderita sedemikian rupa ? Dia telah
berdoa memelas seperti itu di tengah teriknya padang pasir, seakan-akan dia
tidak mau meninggalkan padang pasir itu sebelum Allah Subhanahu wa ta’ala
mengabulkan doanya.
Betapa terkejutnya para sahabat
ketika Rasul kemudian mengatakan, bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan doa
hamba-Nya ini ? Para sahabat bertanya, kenapa ya Rasul ? Jawab Rasul: dalam
kondisi seperti ini Allah tidak mungkin mengabulkan doa dia. Akhirnya Rasul
menjelaskan, dulu orang tersebut hidup dalam kecukupan sebelum dia menderita
seperti ini. Hanya sayang hartanya itu dia peroleh dengan jalan yang haram.
Sehingga pakaian yang dia pakai sebagian dia beli dari harta yang haram,
minuman yang dia minum juga dia beli dari uang hasil yang haram, makanan yang
dia makan juga dia makan dari harta yang haram, karena itu dia
dikenyangkan/dihidupkan sehari-hari dari hasil uang yang haram. Kalau hidupnya
sudah bergelimang dengan yang haram-haram seperti itu, bagaimana mungkin Allah
akan mengabulkan doa dia? (HR. Muslim)
Beberapa Hadits
tentang akhlak
Dalam hadits shahih Rasulullah bersabda tentang
akhlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Dr. Muhammad
Faiz Almath;
1.
Paling
dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.
(HR. Ar-Ridha)
2.
Tidak
ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang
baik. (HR. Abu Dawud)
3.
Ummu
Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari
kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga
bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?"
Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang
paling baik akhlaknya dengan berkata, "Ya Robbku, orang ini ketika dalam
negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia.
Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan
akhirat." (HR. Ath-Thabrani)
4.
Kamu
tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah
yang menarik (simpati) dan dengan akhlak yang baik. (HR. Abu Ya'la dan
Al-Baihaqi)
5.
Kebajikan
itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu
dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)
6.
Ya
Rasulullah, terangkan tentang Islam dan aku tidak perlu lagi bertanya-tanya
kepada orang lain. Nabi Saw menjawab, "Katakan: 'Aku beriman kepada Allah
lalu bersikaplah lurus (jujur)'." (HR. Muslim)
Pentingnya Akhlak bagi seorang
Muslim
Akhlak
Islam juga mengajarkan bagaimana seorang rakyat harus bersikap, bagaimana
seorang pemimpin harus memimpin, bagaimana seorang ulama harus memberi fatwa.
Semua ada aturannya, apakah orang itu pedagang, pekerja, pengarang dan
pengusaha, harus berakhlak sesuai dengan
profesinya. BuyaHamka
mengucapkan, ”Diribut runduk padi,
dicupak Datuk Tumenggung, Hidup kalau
tidak berbudi, duduk tegak kemari canggung, tegak rumah karena sendi, runtuh
budi rumah binasa, sendi bangsa adalah budi, runtuh budi runtuhlah bangsa”.
Akhlak
memegang peranan penting dalam segi kehidupan maka dapat dijadikan ukuran
sampai dimana tinggi rendahnya pribadi seseorang, sehingga pembinaan akhlak penting bagi kehidupan
manusia, Rasulullah bersabda, ”Aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” [HR. Ahmad].
Bahkan status bangsapun ditentukan
oleh akhlak rakyatnya sebagaimana syair yang digubah oleh Sauqi Bey, “Satu bangsa terkenal lantaran budinya,
kalau budinya tidak ada lagi, nama bangsa itupun hilanglah”. Dalam ajaran
Islam bila seseorang berakhlak tercela bukan saja dibenci dan merugikan orang
lain tapi menanggung dosa dan kesalahan, sebab timbulnya dosa dan kesalahan
salah satunya sempitnya lapangan hidup sehingga dia tidak melihat orang lain melainkan mementingkan
dirinya saja, inilah yang disebut dengan egoistis, tidak diperhatikan kalau
akhlaknya itu [tercela] merugikan orang lain.
Literatur:
1.
Al
Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2.
Imam An Nawawi, Riyadush Shalihin
3.
Dr.
Muhammad Faiz Almath dalam
bukunya 1100 Hadits Terpilih
(Sinar Ajaran Muhammad) Penerbit
Gema Insani Press, HaditsWeb disusun oleh Sofyan
Efendi.
4.
K.H.
Athian Ali M. Da’i, MA, Aqidah azas akhlak mulia,Kamis, Republika OnLine28 Mei 2009, 18:41 WIB
5.
Mukhlis
Denros, Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta, April 1990