Sabtu, 09 Januari 2016

153. Pentingnya Akhlak Mulia



Khutbah Jum’at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Baitul Taqwa
 Komplek Kantor Bea Cukai Batam
Jalan Kuda Laut, Kecamatan Batu Ampar Kota Batam
Provinsi Kepulauan Riau
27 Rabiul Awal 1437. H/ 8  Januari  2016.M



PENTINGNYA
AKHLAK BAGI SEORANG MUSLIM

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Ruanglingkup ajaran Islam
Islam mencakup seluruh asfek kehidupan, sejak dari urusan pribadi hingga urusan Negara, membicarakan masalah akherat dengan tidak melupakan dunia,  Islam adalah ajaran yang lengkap dan utuh, Namun secara global ajaran islam itu membicarakan;
1.      Aqidah
2.      Syari’ah
3.      Akhlak

Pengertian Akhlak
Akhlaq berasal dari bahasa  Arab, yaitu ”Khuluqun” yang berarti ”Budi pekerti”, yang menentukan batas antara  baik dan buruk, yang terpuji dan tercela, tentang perkataan dan perbuatan manusia dalam pergaulannya.

            Akhlaq adalah sejumlah kumpulan prilaku berdasarkan teladan Rasulullah Saw dimasa hidupnya, didalam kehidupan sehari-hari yang dituntun oleh Risalah Nubuwah [Kenabian] dalam Al Ahzab;21 Allah berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
            “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”[Al Ahzab 33;21].
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS Al-Qalam/ 68: 4).

Dalam sebuah haditspun Rasulullah menyabdakan;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
”Aku diutus kemuka bumi ini tiada lain untuk menyempurnakan baiknya akhlak”.

Akhlaq menghunjam di dada dan memotivasi diri untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar, dengan mengharapkan semata-mata ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

            Dalam Islam perhatian terhadap akhlak sangatlah besar. Selain akan mendampingi ketaqwaan dalam memperbanyak amal di akherat, akhlak juga menjadi perisai bagi eksistensi suatu bangsa. Selain itu, kebutuhan seorang muslim akan akhlak juga untuk penopang iman. Sebagaimana diungkapkan oleh Rasulullah,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا ».
“Paling sempurnanya iman orang mukmin adalah yang paling bagus akhlaq mereka, dan yang paling terpilih di antara kamu sekalian adalah yang paling terpilih akhlaqnya terhadap isteri-isteri mereka. (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih, dan Ibnu Hibban, Al-Baihaqi, dari Abi Hurairah).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ » البخاري ومسلم وأبو داود
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).

Di hadits lain diriwayatkan:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ ».
Dari Abu Dzar , ia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda kepadaku: “Taqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejelekan itu dengan kebaikan yang menghapusnya, dan berakhlaqlah kepada manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hasan shahih, Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam—ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke surga, maka beliau bersabda: “Taqwa kepada Allah dan bagusnya akhlaq.” Dan beliau ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke neraka, maka beliau bersabda: “mulut dan farji (kemaluan)” (HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits shahih gharib, dan Ibnu Majah).

Dalam Islam, batasan  antara akhlak yang baik dan akhlak yang buruk sangat jelas. Bahkan dengan penggambaran-penggambaran yang vulgar. Lihatlah bagaimana Al Qur’an mengumpamakan orang-orang yang tak berakhlak seperti binatang, bahkan lebih sesat dari binatang.
Beda akhlak dengan moral
            Kita sering menyamaratakan satu istilah yang berlaku di masyarakat, sehingga menganggap antara istilah satu dengan istilah lainnya tidak ada perbedaan, baik dari segi penggunaan maupun waktu dalam menggunakannya. Hal ini dapat mengaburkan atau menghilangkan maksud yang terkandung dari kata yang disebutkan atau yang diungkapkan.

            Bila ummat islam menyebutkan sembahyang maka tanpa difikir lagi kata tersebut adalah shalat. Samakah shalat dengan sembahyang dari maksud makna keduanya itu ? Terjemahan bahasa satu ke dalam bahasa lain tidak semuanya sama atau sesuai dengan apa yang dimaksudkan dari kata itu, atau mungkin tidak ada  terjemahannya ke dalam bahasa lain.

                Dalam kehidupan sehari-hari kita selaku makhluk sosial tidak lepas dari istilah-istilah yang sebenarnya tidak sesuai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mungkin saja istilah tersebut dari bahasa asing atau bahasa daerah. Selama ini kita mengartikan ”Addin” dengan ”Agama”, ”Allah” dengan ”Tuhan”, ”Shalat”  dengan ”Sembahyang”, ”Shiam ” dengan ”Puasa” dan ”Moral” dengan ”Akhlaq”. Padahal terjemahan tersebut tidaklah bersinggungan, apalagi untuk tepat benar. Dalam tulisan ini dicoba membuka ketakserasian istilah Moral, etika, dan tatakrama yang diterjemahkan dengan ”Akhlaq” dengan maksud agar kita dapat  menempatkan istilah ini tepat pada  tempat yang sepantasnya atau untuk menggali dan menghidupkan istilah-istilah yang islami.

            Moral berasal dari bahasa Latin, yang artinya ”adat kebiasaan seseorang dalam hidupnya”. Istilah ini serasi  dengan Etika, yang berasal dari bahaya Yunani. Moral adalah kesanggupan orang untuk memilih perbuatan baik dari perbuatan yang buruk. Baik dan buruk ini menurut pandangan manusia, yang dirumuskan oleh manusia berdasarkan kesepakatan.

            Moral tidak menghunjam dalam dada pengikutnya, sebab sifatnya sementara dan lokal, hanya berlaku dalam satu wilayah tertentu, maka sifatnyapun relatif menurut situasi, kondisi dan tempat saja. Dalam pandangan moral, yang lebih diutamakan adalah toleransi antara sesama manusia dan saling tenggang rasa. Seseorang bisa melepaskan moralnya untuk menghargai moral orang lain dalam pergaulan, takut orang lain tersinggung atas moralnya, sebab ada pertentangan antara moralnya dengan moral orang lain.

            Adapun sumber moral  berasal dari tokoh-tokoh manusia yang tunduk kepada hukum yuridis yang tidak ada panutan atau teladan yang pantas diikuti sebagai standard dalam bertindak menjalankan moral tersebut di masyarakat, dan sangsinya adalah tercela dipandangan manusia. Sedangkan akhlaq berasal dari bahasa  Arab, yaitu ”Khuluqun” yang berarti ”Budi pekerti”, yang menentukan batas antara  baik dan buruk, yang terpuji dan tercela, tentang perkataan dan perbuatan manusia dalam pergaulannya.

            Akhlaq adalah sejumlah kumpulan prilaku berdasarkan teladan Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dimasa hidupnya, didalam kehidupan sehari-hari yang dituntun oleh Risalah Nubuwah.

            Akhlaq menghunjam di dada dan memotivasi diri untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar, dengan mengharapkan semata-mata ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ruang lingkup akhlak 
Islam memberikan ruang lingkup akhlak yang baik dengan sangat luas. Tidak  saja terpaku kepada amal-amal yang kelihatannya sepele. Seperti menyingkirkan duri dari jalanan, menyapa dengan mengucapkan salam ketika bertemu sesama muslim, mendo’akan saudara, dan amal-amal lain yang sangat luas dalam Islam.

Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.,  Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu adalah Dzat Yang Maha baik, karena itu Dia tidak akan menerima dari hamba-Nya kecuali yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada orang-orang mu'min sebagaimana yang Allah perintahkan kepada para rasul. Lantas beliau mengutip firman Allah Subhanahu wa ta’ala;

"Wahai para rasul makanlah dari yang baik-baik dan beramal shaleh-lah…" (Al Mu'minuun, 23 : 51).

 Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik sebagaimana yang telah Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kalian kepada Allah…."(Al Baqarah, 2 : 172)

Intinya, pada awalnya Rasulullah  mengingatkan kepada kita bahwa Allah itu adalah Dzat Yang Maha baik. Dia tidak akan menerima dari hamba-Nya kecuali dari hal yang baik-baik. Pengertian dari hal yang baik-baik di sini adalah baik dalam bentuk ibadah maupun dalam pribadi hamba-Nya itu sendiri. Kemudian Rasulullah  menceritakan tentang adanya seorang laki-laki yang sudah menempuh perjalanan yang sangat jauh, rambutnya kusut, pakaiannya kumal. Di tengah-tengah teriknya padang pasir dia mengulurkan kedua tangannya sambil  berdoa, wahai Tuhan - wahai Tuhan. Dia menjerit-jerit kepada Allah Subhanahu wa ta’ala berdoa memohon agar Allah Subhanahu wa ta’ala membebaskan dia dari penderitaannya itu. Para sahabat yang sempat menyaksikan peristiwa itu sempat berkomentar bagaimana mungkin Allah Subhanahu wa ta’ala. tidak akan mengabulkan doa hamba-Nya yang sudah menderita sedemikian rupa ? Dia telah berdoa memelas seperti itu di tengah teriknya padang pasir, seakan-akan dia tidak mau meninggalkan padang pasir itu sebelum Allah  Subhanahu wa ta’ala mengabulkan doanya.

Betapa terkejutnya para sahabat ketika Rasul kemudian mengatakan, bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya ini ? Para sahabat bertanya, kenapa ya Rasul ? Jawab Rasul: dalam kondisi seperti ini Allah tidak mungkin mengabulkan doa dia. Akhirnya Rasul menjelaskan, dulu orang tersebut hidup dalam kecukupan sebelum dia menderita seperti ini. Hanya sayang hartanya itu dia peroleh dengan jalan yang haram. Sehingga pakaian yang dia pakai sebagian dia beli dari harta yang haram, minuman yang dia minum juga dia beli dari uang hasil yang haram, makanan yang dia makan juga dia makan dari harta yang haram, karena itu dia dikenyangkan/dihidupkan sehari-hari dari hasil uang yang haram. Kalau hidupnya sudah bergelimang dengan yang haram-haram seperti itu, bagaimana mungkin Allah akan mengabulkan doa dia? (HR. Muslim)

Beberapa Hadits tentang akhlak
Dalam hadits shahih Rasulullah bersabda tentang akhlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Muhammad Faiz Almath;

1.      Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)

2.      Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik. (HR. Abu Dawud)

3.      Ummu Salamah, isteri Nabi Saw bertanya, "Ya Rasulullah, seorang wanita dari kami ada yang kawin dua, tiga dan empat kali lalu dia wafat dan masuk surga bersama suami-suaminya juga. Siapakah kelak yang akan menjadi suaminya di surga?" Nabi Saw menjawab, "Dia disuruh memilih dan yang dia pilih adalah yang paling baik akhlaknya dengan berkata, "Ya Robbku, orang ini ketika dalam negeri dunia paling baik akhlaknya terhadapku. Kawinkanlah aku dengan dia. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik membawa kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat." (HR. Ath-Thabrani)

4.      Kamu tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu tetapi dengan wajah yang menarik (simpati) dan dengan akhlak yang baik. (HR. Abu Ya'la dan Al-Baihaqi)

5.      Kebajikan itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)

6.      Ya Rasulullah, terangkan tentang Islam dan aku tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang lain. Nabi Saw menjawab, "Katakan: 'Aku beriman kepada Allah lalu bersikaplah lurus (jujur)'." (HR. Muslim)
Pentingnya Akhlak bagi seorang Muslim
Akhlak Islam juga mengajarkan bagaimana seorang rakyat harus bersikap, bagaimana seorang pemimpin harus memimpin, bagaimana seorang ulama harus memberi fatwa. Semua ada aturannya, apakah orang itu pedagang, pekerja, pengarang dan pengusaha, harus berakhlak sesuai dengan  profesinya. BuyaHamka mengucapkan, ”Diribut runduk padi, dicupak  Datuk Tumenggung, Hidup kalau tidak berbudi, duduk tegak kemari canggung, tegak rumah karena sendi, runtuh budi rumah binasa, sendi bangsa adalah budi, runtuh budi runtuhlah bangsa”.

Akhlak memegang peranan penting dalam segi kehidupan maka dapat dijadikan ukuran sampai dimana tinggi rendahnya pribadi seseorang, sehingga  pembinaan akhlak penting bagi kehidupan manusia, Rasulullah bersabda, ”Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” [HR. Ahmad].

            Bahkan status bangsapun ditentukan oleh akhlak rakyatnya sebagaimana syair yang digubah oleh Sauqi Bey, “Satu bangsa terkenal lantaran budinya, kalau budinya tidak ada lagi, nama bangsa itupun hilanglah”. Dalam ajaran Islam bila seseorang berakhlak tercela bukan saja dibenci dan merugikan orang lain tapi menanggung dosa dan kesalahan, sebab timbulnya dosa dan kesalahan salah satunya sempitnya lapangan hidup sehingga dia tidak  melihat orang lain melainkan mementingkan dirinya saja, inilah yang disebut dengan egoistis, tidak diperhatikan kalau akhlaknya itu [tercela] merugikan orang lain.
           
Literatur:
1.        Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2.        Imam An Nawawi, Riyadush Shalihin
3.        Dr. Muhammad Faiz Almath dalam bukunya 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) Penerbit Gema Insani Press,  HaditsWeb disusun oleh Sofyan Efendi.
5.        Mukhlis Denros, Majalah Serial Khutbah Jum’at Jakarta, April 1990