Minggu, 26 Juli 2015

147. Idul Fitri dan Level Iman






Khutbah Idul Fithri
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Mushalla Al Ikhwan Tiban V Cendrawasih
Kavling Pajak Kecamatan  Sekupang
Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau
Tanggal 17 Juli  2015.M / 1 Syawal 1436.H

 

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ 
 ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.



Jama'ah sholat Idul Fitri rahimakumullah
Sejak tadi malam telah berkumandang alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahlil sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala:


وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:
زَيِّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْر
Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah Subhanahu Wa Taala sedangkan selain Allah semuanya kecil semata. Kalimat tasbih dan tahmid, kita tujukan untuk mensucikan Tuhan dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.
Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan maha kuasa. Seluruh alam semesta ini tunduk dan patuh kepada perintah-Nya.

 اللهُ اَكْبَرْ (3×) وَ للهِ اْلحَمْدُ


Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
Setelah satu bulan penuh kita menunaikan ibadah puasa dan atas karunia-Nya pada hari ini kita dapat berhari raya bersama, maka sudah sepantasnya pada hari yang bahagia ini kita bergembira, merayakan sebuah momentum kemenangan dan kebahagiaan berkat limpahan rahmat dan maghfirah-Nya.
Shalawat dan salam tidak lupa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alahi  wasallam , selaku Rasul Allah yang telah berjuang untuk menyelamatkan hidup manusia di dunia ini  yang berpedomankan pada Al Qur’an dan Sunnahnya.

Kemudian marilah kita selalu meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah dengan melaksanakan ibadah rutin dari shalat satu ke shalat berikutnya, dari jum’at satu ke jum’at berikutnya dari ramadhan tahun lalu menuju ramadhan berikutnya, yang semua itu sebagai bekal hidup dan sebaik-baik bekal  hidup di dunia ini adalah taqwa.

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
Dalam agama Islam, iman seseorang tidaklah sama, sesuai dengan kefahaman masing-masing. Bahkan ada ummat Islam itu yang nifaq; imannya hanya di bibir saja sementara hatinya menentang, fasiq artinya mengakui kebenaran ajaran Islam, tetapi dia enggan mengamalkannya, dan syirik maksudnya beriman kepada Allah tetapi dikotori oleh noda-noda yang merusak ketauhidan aqidah. Ulama membagi level iman seseorang menjadi lima yaitu muslim, mukmin, muhsin, mukhlis dan muttaqin.

            Muslim adalah keimanan yang sangat rendah sekali, baru sebatas pengakuan bahwa Allah sebagai Ilahnya. Imannya belum lagi menghunjam. Ibadahnya hanya sekedar yang dia perlukan. Dosa dan maksiat dalam kehidupannya masih kebutuhan. Suatu ketika datanglah seorang Arab Baduy ke hadapan Rasulullah dengan menyatakan ”Amanna” artinya kami telah beriman. Kontan Rasul menyahut,

”Katakanlah Aslamna, bahwa engkau baru Islam”. Allahpun menjelaskan dalam firman-Nya surat Al Hujurat ayat 14
.

'' Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami Telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami Telah tunduk', Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."[Al Hujurat 49;14].

 Ada yang menyatakan ke Islamannya di hadapan Rasulullah, setelah mengucapkan kalimat tauhid itu dipersilahkan pulang, ada pula yang siap masuk Islam   dengan syarat dia dibolehkan untuk berbuat dosa apa saja, maka Rasul cukup memberi resep kepadanya ,”Jangan berbohong” tetapi ada pula yang baru masuk Islam telah diberi pedang untuk berjihad di medan juang, berarti keimanan orang ini berbeda dengan dua orang lainnya tadi.

Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
            Mukmin adalah level iman kedua setelah seorang muslim mengkaji ajaran Islam sehingga meningkat ”tsaqafah” [wawasan] keislamannya. Semakin menghunjam imannya sehingga ibadah wajibnya tertib dilakukan. Dosanya semakin kecil karena disibukkan oleh peningkatan iman. Mereka telah punya sifat-sifat tersendiri, sebagaimana yang digambarkan Allah dalam surat Al Anfal ayat 2-5;



 ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang  yang dikala disebut nama Allah bergetarlah hatinya, saat dibacakan ayat-ayat Allah bertambah keimanannya, kepada Allah mereka bertawakkal.’’

Bukti iman itu ada terletak pada:
1.      Jika disebut nama Allah bergetarlah hatinya.
2.      Jika dibacakan ayat-ayat Allah bertambahlah imannya.
3.      Kepada Allah bertawakal, yaitu berusaha dengan semaksimal mungkin, hasilnya diserahkan kepada Allah.

Ini sebagai bukti bahwa iman itu harus diujudkan pada tiga asfek yaitu;
a.       Iman di hati
b.      Iman dilisan


Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka  ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [An Nur 24;51]







  
a.       Iman Pada amal perbuatan.


Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya [Al Baqarah 2;25].
Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
Dalam beramal manusia terbagi menjadi empat  macam yaitu;
a.      Amal budak; orang yang beramal karena takut dengan majikannya.
b.      Amal saudagar ; orang yang beramal karena mengharapkan keuntungan.
c.       Amal orang merdeka ; berbuat untuk, atas dirinya sendiri, tanpa dimotivasi oleh yang lain.
d.      Amal orang yang bersyukur dan cinta kepada Allah.

            Muhsin yaitu orang yang kualitas imannya semakin baik dengan banyaknya berbuat kebajikan. Tidak hanya yang wajib-wajib saja tetapi amal-amal sunnah sudah jadi kesukaannya seperti shalat rawatib, shalat dhuha, qiyamul lail, puasa sunnah dan infaq yang dimotivasi hanya mencari ridha Allah. Perbuatan dosa muhsin sangat minim sekali, sebab mereka sibuk dengan ibadah dan peningkatan iman. Kerapian kerja dan kedisiplinan dalam menata waktu sebagai pakaiannya dalam setiap aktivitas. surat Al Baqarah 2;195


Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.


Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
            Mukhlis adalah tingkatan yang keempat setelah menjalani berbagai training dalam kehidupan ini. Hidupnya ikhlas hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah sebagai apapun profesi dan prestasinya. Jabatan apapun yang dia sandang; sebagai Bupati, anggota dewan, kepala bagian atau entah jabatan lainnya, tetapi dia tidak merasa tinggi dan sombong dengan itu. Sebab dia tahu bahwa semua itu adalah titipan  yang akan diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. Atau mungkin dia seorang yang rendah sekalipun statusnya di tengah masyarakat, dengan posisi ini sedikitpun dia tidak merasa hina.



 Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.[Al Bayyinah 98;5]

Bentuk amal manusia;
a.       Linnafsi ; beramal karena kepentingan diri sendiri.
b.      Linnasi ; beramal karena manusia lainnya.
c.       Lillahi ; beramal karena Allah semata

Ulama Salaf berkata, “Rubba amalin shaghirin tasghiruhun niyah, wa rubba amalan kabirin tashghiruhun niya” [Betapa banyak amal yang kecil tapi hasilnya besar karena baik niatnya, dan betapa banyak amal yang kecil tapi besar pahalanya karena baik niatnya].

            Amal yang dilakukan seorang mukhlis jauh dari riya’ yaitu beramal ingin dilihat orang lain dan sum’ah yaitu beramal supaya didengar orang lain. Baginya biarlah orang tidak melihat dan menyebut dirinya tetapi Allah tahu siapa dia. 


Jamaah Idul Fitri rahimakumullah     
Muttaqin adalah level iman yang paling tinggi,artinya orang yang bertaqwa. Suatu ketika Umar bin Khattab ditanya  oleh seorang sahabat tentang taqwa ini, maka dia balik bertanya, ”Pernahkah kamu
melewati perjalanan sulit ?” maka dijawab ”Pernah”, Umar bertanya lagi, ”Bagaimana cara kamu melewati jalan itu?”, sang sahabat itu menjawab, ”Maka saya berhati-hati”, Umar lansung menukas, ”Nah itulah yang dikatakan dengan taqwa yaitu berhati-hati”.
           
            Imam Al Ghazali mengartikan taqwa dengan ;
1.T; Tawakal yaitu menyerahkan hasil usaha kepada Allah setelah maksimal berusaha.

2. Q; Qona’ah artinya sikap hidup yang tidak boros dan berangan-angan tinggi. Dia terima dengan rasa syukur apa yang diperoleh hari ini, tetapi tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk masa depan.

3.W; Wara’ artinya berhati-hati terhadap barang yang syubhat, orang yang bertaqwa ditinggalkannya yang syubhat ini.

4.Y ; Yakin artinya kepercayaan yang semakin dalam kepada Allah, Rasul dan Syari’at-Nya.

            Jadi kalau ada ummat Islam yang masih berjudi, berzina, korupsi, tidak disiplin, malas bekerja, manipulasi serta berbuat dosa –dosa lainnya, baik yang dilakukan dengan sadar maupun tidak karena beberapa faktor; jahil [bodoh] dengan ajaran Islam atau berilmu tetapi sebatas ilmunya saja, dia tidak dapat hidayah untuk mengamalkan ajaran Islam.

Taqwa tidak bisa dibiarkan saja karena dia merupakan level iman yang mengalami fluktuasi yaitu ibarat gelombang, kadangkala naik dan kadangkala turun, taqwa harus dijaga dengan sebaik-baiknya hingga pada akhir kehidupan kita tetap dalam posisi masih bertaqwa;



”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh bertaqwa dan janganlah mati kecuali dalam tetap beriman  [Ali Imran 3;102   ].

            Kewajiban kita semua, untuk menjadikan ummat Islam ini berislam bukan sebatas kultur [budaya], yang mudah sekali dicampuri oleh bid’ah, kurafat, syirik dan tahayul. Tetapi bagaimana kita menjadikan ummat Islam ini mengakui ajaran islam sebagai sebuah idiologi, way of life, pandangan hidup sehingga kepribadiannya betul-betul kaffah [integral] dengan ajaran Islam [2;208].


 Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.


Bila ummat Islam tidak mau masuk kedalam islam secara utuh, total maka sama dia ibarat orang yang sudah membeli tiket kapal terbang, pesawat tinggi jalannya melaju tetapi dia masih tetap di bumi dengan merangkak.

            Rasulullah menyatakan bahwa iman itu mengalami fluktuasi, persis seperti nilai rupiah kita. Kadang kala turun dan seringkali pula naik. Bukti iman sedang naik, ibadahnya banyak dan disebut iman itu turun apabila dosa dan maksiatnya bertambah.

            Jamaah Idul Fitri rahimakumullah 
Allah menghimbau kita untuk meraih derajat taqwa dalam puasa Ramadhan ini, kalau kita mau dan mampu untuk melakukannya
beruntunglah orang yang memanfaatkan waktunya dengan baik sehingga Ramadhan berakhir dengan datangnya Idul Fitri, dia jadi orang yang fitrah, suci lahir dan batin ibarat bayi yang baru dilahirkan.
Idul Fitri bukanlah ajang untuk memamerkan serba baru walaupun hal itu tidak dilarang, tapi yang  lebih penting diperhatikan adalah:
LAISAL ID LIMAN LABISAL JADID,  WALAKINNAL ID LIMAN IMANU TAJID
Bukanlah Idul Fitri itu bagi orang yang mampu menyediakan serba baru, tapi Idul Fitri itu adalah bagi orang yang imannya semakin baru.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ


Perumahan  Tiban Palem, Kelurahan Tiban Baru, Kecamatan Sekupang, Kota Batam  16 Ramadhan 1436.H / 3 Juli 2015
 

 
 


Khutbah Kedua

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَر)
 
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ.
 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
 عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر