Minggu, 17 Agustus 2014

130. Obat Penyakit Hati

Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Jihad
Jorong Batang Pamo Nagari Pianggu
Kecamatan IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat

Tanggal 22 Agustus  2014 / 26 Syawal  1435.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ
Hadirinsidangjum’at yang dirahmati Allah,
RasulullahShallallahu ‘alaihiwasallambersabda,

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.
"Ketahuilahbahwa di dalamtubuhterdapatsegumpaldarah, apabilaiabaikmakaseluruhtubuhakanbaik, danapabilarusakmakaseluruhtubuhakanrusak.Ketahuilahiaadalahhati."(HR. al-Bukharidan Muslim).
Sesungguhnyaperkarahatimerupakanperkara yang besar, sehingga Allah menurunkankitabsuciNyauntukmemperbaikihatiDengan hati, manusia dapat menghayati ayat-ayat syar'iyahNya. Allah berfirman,

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci." (Muhammad: 24).

Penyakithatiitudiantaranya;

1.     Syirik,yaitumenserikatkan Allah, bahayasyirikdiantaranya; Menghapuskanamalibadah; syirik dapat menggugurkan amal shaleh sehingga segala kegiatan yang dilakukan walaupun berujud ibadah maka disisi Allah tidak akan dihitung dan tidak pula diperhitungkan, karena mereka telah mencemari pengabdian, tidak mengingkari tauhid yang suci;

 “ Dan Sesungguhnya Telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”[Az Zumar 39;65]

1.      Mengikutihawanafsu, yaitumenjadikanhawanafsusebagaipedomandalamkehidupan;
 "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa naf-sunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al-Jatsiyah: 23).

2.      Sukadengandosadanmaksiat. Iman yang terpelihara dengan baik adalah iman yang mampu terjauh dari perbuatan dosa, dosa dapat merusak iman seseorang,Rasulullah bersabda; "Barangsiapa yang berzina atau minum khamar, mencabut Allah akan imannya, sebagaimana seseorang melepaskan bajunya melalui kepalanya" [HR. Thabrani] "Barangsiapa minum arak maka keluarlah iman dari rongga hatinya" [HR. Thabrani]

Hadirin Sidang Jum’at yang Terhormat

Agar hidup di dunia ini kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan iman yang bersih dari syirik dan ibadah yang tidak dicampuri dengan bid’ah, maka perlu adanya hati yang bersih melalui pengobatan.
Diantara obat penyakit hati itu adalah;

1.      al-Qur`an al-Karim. Allah Ta’ala berfirman,
 "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta Rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus: 57).

Al-Qur`an adalah pelajaran yang paling menyentuh hati bagi orang-orang yang berakal atau mau mendengar. Al-Qur`an merupakan obat yang paling mujarab bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada dan hati. Al-Qur`an mengandung penawar bagi penyakit syahwat, syubhat, dan lalai.

Ibnul Qayyim pernah berkata, "Inti penyakit hati adalah penyakit syubhat dan nafsu syahwat. Sedangkan al-Qur`an adalah penawar bagi kedua penyakit itu, karena di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang qath'i yang membedakan yang haq dan yang batil, sehingga penyakit syubhat akan hilang. Adapun al-Qur`an memberikan penawar terhadap penyakit nafsu syahwat, karena di dalam al-Qur`an terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud terhadap dunia, dan mengutamakan kehidupan akhirat.

Di antara hal penting bagi setiap orang yang ingin menyelamatkan dan memperbaiki hatinya adalah hendaknya dia mengetahui bahwa cara berobat dengan al-Qur`an itu tidak bisa hanya sekedar dengan membaca al-Qur`an, melainkan harus memahami dan mengambil pelajaran dari berita-berita yang terkandung di dalamnya dan mematuhi hukum-hukumnya.

Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah

2.   Obat kedua adalah cinta kepada Allah.Cinta kepada Allah merupakan terapi yang paling mujarab bagi hati.
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman, mereka amat sangat cinta kepada Allah." (Al-Baqarah: 165).

Al-Bukharidan Muslim meriwayatkandariAnasRadhiyallahu 'anhu, bahwaRasulullahShallallahu 'alaihiwasallambersabda:  "Ada tigaperkara, barangsiapaterdapatdalamdirinyaketigaperkaraitu, diapastimerasakanmanisnyaiman, yaitu Allah danRasul-Nya lebihdicintainyadaripada yang lain; mencintaiseseorangtiada lain hanyakarena Allah; dantidakmaukembalikepadakekafiransetelahdiselamatkan Allah darinyasebagaimanadiatidakmaukalaudicampakkankedalamapi."

3.Selalu mengingat Allah Ta’ala dalam setiap keadaan, dengan lisan, hati, dan perbuatan. Jadi, bagian yang diperolehnya dari cinta adalah sesuai dengan kadar dzikirnya.
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (denganmenyebutnama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlahkepada – Nya di waktupagidanpetang.” (Al Ahzab : 41 – 42)

Pekerjaan yang termasuk paling bermanfaatbagiseoranghambaadalahberzikir yang banyak.Zikirbagihatiitulaksana air bagiladangpertanian, bahkanseperti air bagiikan, iatakkanhiduptanpa air.

Rasulullah SAW bersabda:Janganlah kalian banyakberbicara yang bukan (dalamrangka) dzikirkepada Allah. Karenabanyakbicara yang bukan (dalamrangka) dzikirkepada Allah akanmembuathatikeras. Sementaramanusia yang paling jauhdari Allah adalah yang hatinyakeras (HR. Tirmidzi).

Zikirkepada Allah selainmenenangkanbatindanmenjernihkanfikiranjugamenunjukkan orang-orang yang lembuthatinya, betapabanyak orang-orang yang kasarsikapdanperangainyakarenalisan, hatidanperbuatannyatidakdigunakanuntukberzikirkepada Allah

4.mengutamakan cinta Allah Ta’ala kepada sesuatu daripada cinta diri sendiri kepada sesuatu yang lain yang didominasi oleh hawa nafsu, dan berusaha mencapai cinta kepada apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala walaupun jalur menuju ke sana sangat sulit.
"Katakanlah: "Jikabapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaumkeluargamu, hartakekayaan yang kamuusahakan, perniagaan yang kamukhawatirkankerugiannya, danrumah-rumahtempattinggal yang kamusukai; itulebihkamucintaidaripada Allah danRasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, makatunggulahsampai Allah mendatangkankeputusan-Nya."." (Bara'ah/At-Taubah: 24)

5.Menelaah asma dan sifat Allah Ta’ala dengan hati, mem-persaksikannya, dan mengenalnya. Hati terus-menerus menelaah hal itu di dalam medan olah makrifah ini. Maka barangsiapa yang mengenal Allah Ta’ala dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya serta perbuatan-perbuatanNya, maka dia pasti mencintaiNya. Diantara sifat Allah itu adalah; Sifat Al-Mahabbah (Cinta)Al-Mawaddah (Cinta yang Murni)
 “Dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." [Al-Baqarah : 195]

6.Menyaksikan kebaikan, ihsan, dan tanda kekuasaan Allah Ta’ala, serta nikmat-nikmatNya yang lahiriyah ataupun batiniyah. Karena semua itu membangkitkan cinta kepada Allah Ta’ala.
Bagiansyukurdarinikmatadalahdenganmenampakkannikmattersebutsecaralahiriyah.Bukanmalahkitamenjadi orang pelitdanpura-pura “kere” (miskin).Kalaumemang Allah berikelapanganrizki, nampakkanlahnikmattersebutpadamakanandanpakaiankita. Allah Ta’alaberfirman,
وَأَمَّابِنِعْمَةِرَبِّكَفَحَدِّثْ
Dan terhadapnikmatRabbmu, makahendaklahkamusiarkan.” (QS. AdhDhuha: 11).

Berikutbeberapapendapatulamamengenaiayat di atas.

Dari Abu Nadhroh, iaberkata,“Dahulukaummusliminmenganggapdinamakanmensyukurinikmatadalahdenganseseorangmenyiarkan (menampakkan) nikmattersebut.”

Al Hasan bin ‘Ali berkatamengenaiayat di atas,“Kebaikanapasaja yang kalian perbuat, makasiarkanlahpadasaudara kalian.”

Tentusajanikmatataukebaikandisampaikanpada orang lain jikamengandungmaslahat, bukandalamrangkamenyombongkandiridanpameratauingincarimuka (caripujian, alias “riya’ “). LihatperkataanSyaikh ‘Abdurrahman bin NashirAsSa’didalamkitabtafsirnya, “Yang dimaksuddalamayattersebutmencakupnikmat din (akhirat) maupunnikmatdunia. Adapun “fahaddits” bermakna “pujilah Allah atasnikmattersebut”.

Bentuksyukur di siniadalahdenganlisandandisebutkhususdalamayat, dibolehkanjikamemangmengandungmaslahat.Namunbolehjugapenampakkannikmatinisecaraumum (tidakhanyadenganlisan).Karenamenyebut-nyebutnikmat Allah adalahtandaseseorangbersyukur.Perbuatansemacaminimembuathatiseseorangsemakincintapadapemberinikmat (yaitu Allah Ta’ala).Itulahtabiathati yang selalumencintai orang yang berbuatbaikpadanya.” (Taisir Al Karimir Rahman, 928).[Muhammad Abduh TuasikalTampakkanlah Nikmat Allah, www.muslim.or.id27 October 2011].

7.Bermunajat kepadaNya, membaca kitabNya, menghadirkan hati di hadapanNya, beradab dengan adab ibadah dan penghambaan di hadapan Allah Ta’ala, kemudian diakhiri dengan beristighfar dan bertaubat.
Taubat kepada Allah adalah perbuatan yang paling utama, oleh karena itu Allah selalu menyeru kepada orang-orang mukmin untuk bertaubat;
”Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” [An Nur 24;31]
Dan Allah selalu membuka pintu-pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya;

”Katakanlah,”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, dan sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Az Zumar 39;53].

8.Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah Ta’ala dan orang-orang yang jujur, kemudian memetik buah perkataan mereka yang terbaik sebagaimana memetik buah yang terbaik dan ranum.
Perangai terlalu banyak bergaul terjadi, karena cinta terhadap dunia untuk melampiaskan keinginan individu terhadap lainnya, bila hakikatnya tersingkap maka ia akan berubah menjadi permusuhan, kemudian orang yang terlalu banyak bergaul akan menyesal, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

"Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, 'Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul.' Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari al-Qur`an ketika al-Qur`an itu telah datang kepadaku." (Al-Furqan: 27-29).
Menurut khatib, uraian di atas telah menjelaskan secara gamblang bahwa ibadah hati adalah pundamen utama yang mana semua bentuk ibadah ditegakkan di atasnya. Maka dari itu, kebaikan jasad sangat tergantung kepada kebaikan hati. Apabila hati baik dengan ketakwaan dan iman, maka seluruh jasad menjadi baik untuk melakukan ketaatan dan kepatuhan.
Jadi, iman seseorang tidak akan lurus dan tidak akan baik kecuali jika hatinya lurus dan baik. Maka dari itulah, Allah Yang Maha Mengetahui menggarisbawahi bahwa keselamatan di hari kiamat kelak sangat tergantung kepada keselamatan, kebersihan, dan kebaikan hati. Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"Pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (Asy-Syu'ara`: 88-89).

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa,

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku berpegang teguh pada agamaMu." (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).



Literatur
1.      Luqman Hakim, M.HI.,Penyakithatidanpenawarnya, Kumpulan KhutbahJum’atPilihanSetahunEdisi ke-2, DarulHaq Jakarta.
3.      MukhlisDenros, Kumpulan CeramahPraktis, 2009



بَارَكَاللهُلِيْوَلَكُمْفِيالْقُرْآنِالْعَظِيْمِ،وَنَفَعَنِيْوَإِيَّاكُمْبِمَافِيْهِمِنَاْلآيَاتِوَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُقَوْلِيْهَذَاوَأَسْتَغْفِرُاللهَالْعَظِيْمَلِيْوَلَكُم


KHUTBAH KEDUA


اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ.
عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ،إِنَّاللهَيَأْمُرُكُمْبِالْعَدْلِوَاْلإِحْسَانِوَإِيتَآئِذِيالْقُرْبَىوَيَنْهَىعَنِالْفَحْشَآءِوَالْمُنكَرِوَالْبَغْيِيَعِظُكُمْلَعَلَّكُمْتَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُاللهِأَكْبَر


129. Tiga tingkatan kaum muslimin


Khutbah Jum'at
Drs. St. Mukhlis Denros
Di Masjid Nurul Yakin
Jorong Cubadak Nagari Pianggu
Kecamatan  IX Koto Sungai Lasi
Kabupaten Solok Sumatera Barat

Tanggal 15 Agustus  2014.M / 19 Syawal 1435.H


إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
أَمَّابَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْم
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ

Hadirin, sidang jum’at yang dirahmati Allah
 Puji  syukur kita sanjungkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita sehingga kita masih dapat menikmati kehidupan dalam iman dan islam, shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi dan Rasul yang diamanatkan untuk membimbing ummat manusia agar selamat hidupnya di dunia  hingga akherat, belaiu sebagai teladan dan pimpinan kita dalam menapaki kehidupan ini.

Kemudian khatib mengajak kita semua, marilah meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya taqwa melalui pembuktikan amal shaleh sehari-hari yang dipraktekkan secara umum ataupun ritual karena memang kewajiban manusia di dunia ini hanya  semata-mata untuk mengabdi kepada-Nya.Allah berfirman:

kemudiankitabitu Kami wariskankepada orang-orang yang Kami pilih di antarahamba-hamba Kami, lalu di antaramerekaada yang Menganiayadirimerekasendiridan di antaramerekaada yang pertengahandandiantaramerekaada (pula) yang lebihdahuluberbuatkebaikandenganizin Allah. yangdemikianituadalahkarunia yang Amatbesar.[Al Fathir 35;32].

TIGA GOLONGAN KAUM MUSLIMIN
Allâh Ta'ala mengabarkan betapa agung kemurahan dan kenikmatan-Nya yang telah dicurahkan kepada umat Muhammad shallallâhu 'alaihi wasallam. Pilihan Allâh Ta'ala kepada mereka, lantaran mereka umat yang sempurna dengan akalnya, memiliki pemikiran terbaik, hati yang lunak, dan jiwa yang bersih.
Secara khusus, Allâh Ta'ala mewariskan kitab yang berisi kebenaran dan hidayah hakiki (Al-Qur‘ân) kepada mereka. Kitab suci yang juga memuat kandungan al-haq yang ada dalam Injil dan Taurat. Sebab, dua kitab tersebut sudah tidak relevan untuk menjadi hidayah dan pedoman bagi umat manusia, lantaran telah terintervensi oleh campur tangan manusia.Allâh Ta'ala menggolongkan orang-orang yang menerima Al-Qur‘ân, yaitu kaum muslimin menjadi tiga macam golongan. Golongan pertama disebut zhâlim linafsihi. Golongan kedua disebut muqtashid. Golongan terakhir disebut sâbiqun bil-khairât.

Golongan Pertama : (zhâlim linafsihi)
Makna zhâlim linafsihi merupakan sebutan bagi orang-orang muslim yang berbuat taqshîr (kurang beramal) dalam sebagian kewajiban, ditambah dengan tindakan beberapa pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan, termasuk dosa-dosa besar. Atau dengan kata lain, orang yang taat kepada Allâh Ta'ala, akan tetapi ia juga berbuat maksiat kepada-Nya.

Kita sering mendengar kata "Dosa" dalam  perbincangan sehari-hari, namun pengertiannya adalah; ''Dosa  adalah apa yang tergetar di hatimu dan engkau tidak senang kalau orang lain mengetahuinya' [HR.Muslim].

Dosa adalah akibat melanggar larangan Allah baik disengaja ataupun tidak, baik besar ataupun kecil. Larangan Allah yang dilakukan manusia dapat merusak pribadi, keluarga dan masyarakatnya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti tentang hal ini. Menurutnya, ada 22 akibat yang akan menimpa diri kita karena berbuat dosa dan maksiat. Karakter golongan ini tertuang dalam firman Allâh Ta'ala berikut:
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka,
mereka mencampur-baurkan perkerjaan yang baikdengan pekerjaan lain yang buruk.Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Qs. at-Taubah/9: 102)

Golongan Kedua: (al-muqtashid)
Orang-orang yang termasuk dalam istilah ini, ialah mereka yang taat kepada Allâh Ta'ala tanpa melakukan kemaksiatan, namun tidak menjalankan ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allâh Ta'ala. Juga diperuntukkan bagi orang yang telah mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan saja. Tidak lebih dari itu. Atau dalam pengertian lain, orang-orang yang telah mengerjakan kewajiban-kewajiban, meninggalkan perbuatan haram, namun diselingi dengan meninggalkan sejumlah amalan sunnah dan melakukan perkara yang makruh.

Rasulullah mengajak ummatnya untuk mengamalkan ajaran Islam selain yang wajib juga ditambah dengan yang sunnah-sunnah, yang sudah menjadi amalan beliau sehari-hari sehingga ummat tinggal lagi mengikuti semuanya semampunya, tinggal lagi memotivasi untuk menaikkan poltase iman dan mendongkrak amal, hal itu bisa dilakukan dengan mempelajari ajaran Islam secara rutin dan lengkap. 

 Amalansunnahseperti; memeliharajenggotdanmencukur kumis, memendekkancelanahinggadiatasmata kaki, makandanminum dg tangankanan, mengawalipekerjaan dg mengucapkan “bismillah” mengakhiridenganmembaca “hamdalah”, meninggalkanygmakruhmerokokdankegiatan yang tidakadamanfaatnya.
MenuruthaditsBanyakkeutamaan yang diperolehseorangmuslim yang melakukanamalansunnahsepertishalatsunnahrawatib;

1.Dari Ummul mu'minin iaitu Ummu Habibah yakni Ramlah binti Abu Sufyan radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang Muslim yang bersembahyang kerana Allah Ta'ala setiap hari dua belas rakaat sebagai shalat sunnah yang bukan diwajibkan, melainkan Allah akan mendirikan untuknya sebuah rumah dalam syurga, atau: melainkan untuknya akan didirikanlah sebuah rumah dalam syurga."(Riwayat Muslim)
 2 Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya bersembahyang bersama Rasulullah s.a.w. dua rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat lagi sesudahnya, juga dua rakaat sesudah Jum'ah, dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat pula sesudah Isya'." (Muttafaq 'alaih)
3 Dari Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Antara setiap dua azan boleh bersembahyang sunnah, antara setiap dua azan boleh bersembahyang sunnah, antara setiap dua azan boleh bersembahyang sunnah." Dalam ketiga kalinya ini beliau s.a.w. bersabda: "Bagi orang yang suka mengerjakan itu." (Muttafaq 'alaih) .
Golongan Ketiga: (sâbiqun bil-khairât)
Kelompok ini berciri menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allâh Ta'ala dan menjauhi muharramât (larangan-larangan). Selain itu, keistimewaan yang tidak lepas dari mereka adalah kemauan untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan yang bukan wajib (sunnat) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allâh Ta'ala.[ Atau mereka adalah orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajiban, amalan-amalan sunnah lagi menjauhi dosa-dosa besar dan kecil.

Adalah merupakan sesuatu yang menarik, manakala Imam al-Qurthubi rahimahullâh mengetengahkan sekian banyak pendapat ulama berkaitan dengan sifat-sifat tiga golongan di atas. Sehingga bisa dijadikan sebagai cermin dan bahan muhasabah (introspeksi diri) bagi seorang muslim dalam kehidupan sehari-harinya; apakah ia termasuk dalam golongan pertama (paling rendah), tengah-tengah, atau menempati posisi yang terbaik dalam setiap sikap, perkataan dan tindakan.

 Pada suatu kesempatan, setelah mendengarkan seruan Rasul SAW untuk berjuang dengan harta benda, Abdurrahman bergegas pulang dan kembali membawa 2.000 dinar. "Wahai Rasulullah, aku mempunyai 4.000 dinar, dan 2.000 dinar aku pinjamkan kepada Allah dan 2.000 dinar untuk keluargaku."
Rasulullah menerimanya sambil bersabda: "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu, terhadap harta benda yang kamu berikan, dan semoga Allah memberkahi pula harta yang kamu tinggalkan untuk keluargamu."
Ketika Rasul bersiap menghadapi Perang Tabuk, beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta bendanya untuk fi sabilillah. Kaum Muslimin memenuhi seruan Nabi yang mulia itu. Dan, Abdurrahman menyerahkan 200 uqiyah emas. Melihat jumlah itu, Umar berbisik kepada Nabi: "Agaknya Abdurrahman berdosa tidak meninggali uang belanja sedikit pun untuk keluarganya." Rasul menanyakannya kepada Abdurrahman. Ia menjawab, "Untuk mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan. Yakni sebanyak rezeki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah."

Sejak berita gembira akan menjadi penghuni surga itu, Abdurrahman semakin dermawan, semangatnya semakin tinggi dalam mengorbankan hartanya pada jalan Allah. Ia juga menyumbangkan lagi 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 ekor unta untuk para pejuang.

 Dia juga membagikan 400 dinar kepada setiap veteran Perang Badar yang masih hidup dan lainnya. Aisyah sering mendoakannya, "Semoga Allah memberinya minum dengan minuman dari telaga Salsabil.

JANJI BAIK DARI ALLAH TA'ALA KEPADA TIGA GOLONGAN TERSEBUT
Kemudian Allâh Ta'ala menjelaskan bahwa Dia menjanjikan Jannatun-Na’im terhadap tiga golongan itu, dan Allâh Ta'ala tidak memungkiri janji-Nya.Allâh Ta'ala berfirman:

(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya,
di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas,
dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.

(Qs. Fâthir/35:33)

Janji Allâh Ta'ala berupa Jannatun-Na’îm kepada semua golongan tersebut, digapai pertama kali – berdasarkan urutan pada ayat – oleh golongan zhâlim linafsih. Hal tersebut menunjukkan bahwa ayat ini termasuk arjâ âyâtil-Qur‘ân. Yaitu ayat Al-Qur‘ân yang sangat membekaskan sikap optimisme yang sangat kuat pada umat. Tidak ada satu pun seorang muslim yang keluar dari tiga klasifikasi di atas. Sehingga ayat ini dapat dijadikan sebagai dasar argumentasi bahwa pelaku dosa besar tidak kekal abadi di neraka. Pasalnya, golongan orang kafir dan balasan bagi mereka, secara khusus telah dibicarakan pada ayat-ayat setelahnya (surat Fâthir/35 ayat 36-37).

Syaikh ‘Abdul-Muhsin al-Abbâd hafizhahullah berkata tentang ayat di atas: “Allâh Ta'ala mengabarkan tentang besarnya kemurahan dan kenikmatan dengan memilih siapa saja yang Dia kehendaki untuk masuk Islam dengan mencakup tiga golongan secara keseluruhan. Setiap orang yang telah memperoleh hidayah Islam dari Allâh Ta'ala, maka tempat kembalinya adalah jannah, kendati golongan pertama akan mengalami siksa atas perbuatan kezhaliman yang dilakukan terhadap dirinya sendiri”.

MENGAPA ZHÂLIMUN LINAFSIHI DIDAHULUKAN PENYEBUTANNYA DALAM AYAT?
Mengapa golongan zhâlim linafsihi dikedepankan dalam memperoleh janji Jannatun-Na’iim dibandingkan dua golongan lainnya (al-muqatshid dan sâbiqun bil-khairât), padahal merupakan tingkatan manusia yang terendah dari tiga golongan yang ada? Para ulama telah mencoba menganalisa penyebabnya. Sebagian ulama berpendapat, supaya golongan pertama itu tidak mengalami keputus-asaan dari rahmat Allâh Ta'ala, dan golongan sâbiqun bilkhairat tidak silau dan terperdaya dengan amalan sendiri. Sebagian ulama lain menyatakan, alasan mendahulukan golongan zhâlimun linafsihi lantaran mayoritas penghuni surga berasal dari golongan itu. Sebab, orang yang tidak pernah terjerumus dalam perbuatan maksiat jumlahnya sedikit. Ini berdasarkan firman Allâh Ta'ala :

… Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih; dan amat sedikitlah mereka ini… (Qs. Shâd/38:24)

PELAJARAN DARI AYAT

1.      Tingginya kemuliaan umat Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dengan memperoleh anugerah kitab Al-Qur‘an yang memuat kebenaran dan hidayah kitab Injil dan Taurat.
2.      Luasnya rahmat Allâh Ta'ala bagi umat Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam
3.      Kaum muslimin terbagi menjagi tiga tingkatan dalam beramal.
4.      Pentingnya berlomba-lomba dalam kebajikan.
5.      Orang yang berbuat dosa selain kufur dan syirik tidak kekal di neraka.
6.      Penjelasan mengenai kenikmatan penghuni surga.

Sumberrujukan;
1.      Ustadz Ashim Bin Musthafa, Tiga Tingkatan Kaum Muslimin
2.      Prof Dr Yunahar Ilyas, Sang Dermawan, Republika.co.id. Kamis, 09 Juni 2011 08:14 WIB].


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم
KHUTBAH
KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِيْنُ. عِبَادَ اللهِ ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. 
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً 
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.